Komisi IX DPR Minta Produk Fitofarmaka Tersertifikasi Masuk Program JKN

7 November 2024 19:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tanaman herbal.  Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tanaman herbal. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Komisi IX DPR RI meminta industri farmasi dan obat tradisional semakin dikembangkan di dalam negeri. Hal ini agar Indonesia tidak lagi mengandalkan produk impor.
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Komisi IX, Putih Sari, mengatakan bahwa pihaknya mendorong agar percepatan terhadap ketahanan industri obat, termasuk obat tradisional dan suplemen kesehatan, bisa dilaksanakan secara baik. Hal ini sesuai dengan amanat UU Kesehatan dan Instruksi Presiden Prabowo Subianto tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.
"Termasuk ketahanan bahan baku obat tradisional dan suplemen kesehatan, di mana negara Indonesia sangat kaya akan bahan alam," ujar Putih dalam keterangannya, Kamis (7/11).
Putih juga mendukung agar obat berbahan alam atau fitofarmaka yang telah tersertifikasi bisa masuk dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Menurut dirinya, Komisi IX akan memastikan penggunaan fitofarmaka sampai ke hilir.
“Komisi IX akan memastikan kebijakan terkait penggunaan produk-produk fitofarmaka masuk ke dalam program JKN, sehingga kemandirian produk obat, suplemen, dan obat tradisional bisa optimal mulai dari hulu sampai ke hilirnya,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan, dalam kunjungan kerja ke PT Ferron Par Pharmaceuticals, yang merupakan bagian dari Dexa Group, di Cikarang, pihaknya melihat bahwa industri farmasi dan obat tradisional mampu bersaing dengan pasar global.
Komisi iX DPR RI saat mengunjungi PT Ferron Par Pharmaceuticals. Foto: DPR RI
Ia juga mengapresiasi fasilitas produksi PT Ferron Par Pharmaceuticals yang memenuhi standar Cara Pembuatan Obat dan Obat Tradisional yang Baik (CPOB dan CPOTB) untuk memastikan keamanan, khasiat, mutu, keterjangkauan, dan kepatuhan terhadap ketentuan halal.
“Kami juga mendorong agar percepatan terhadap ketahanan industri obat, sesuai dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto yang ingin mengedepankan dan mengembangkan bahan baku obat dalam negeri, untuk bisa kita utamakan,” jelasnya.
Menurut dia, kolaborasi antara seluruh pemangku kepentingan juga perlu dilakukan dalam mendukung industri farmasi, terutama dalam pengembangan riset yang memanfaatkan kekayaan bahan baku alam Indonesia. Putih pun meminta PT Ferron Par Pharmaceuticals untuk bisa terus mengembangkan Research and Development dalam pemanfaatan bahan baku dari alam untuk produk obat tradisional dan suplemen kesehatan
ADVERTISEMENT
Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PAN, Cellica Nurrachadiana, menyampaikan bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam. Kekayaan alam ini berpotensi untuk dikembangkan menjadi obat melalui riset. Menurutnya, sekitar 2.000 - 3.000 tanaman yang ada di Indonesia bisa dikembangkan untuk riset dan juga development untuk obat tradisional.
"Sehingga tentunya di samping kita bisa berswasembada obat tradisional asli Indonesia, kita juga bisa melakukan bantuan pertumbuhan ekonomi bagi petani lokal yang ada di seluruh Indonesia,” papar Cellica.
Komisaris PT Ferron Par Pharmaceuticals, Raymond Tjandrawinata, menyampaikan bahwa Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) merupakan salah satu fokus Dexa Group.
"Obat Modern Asli Indonesia adalah bukti dari kekayaan alam Indonesia yang bertransformasi menjadi solusi kesehatan yang ilmiah dan terpercaya. Kami percaya bahwa dengan penelitian yang berkelanjutan dan kolaborasi dengan berbagai pihak, OMAI dapat menjadi produk yang membawa manfaat luas, tidak hanya bagi masyarakat Indonesia tetapi juga bagi dunia," kata Raymond.
ADVERTISEMENT
Sementara itu Direktur PT Ferron Par Pharmaceuticals, Benny Sutisna Suwarno, menyampaikan fasilitas produksi Ferron memiliki sertifikasi Nasional seperti dari Badan POM dan juga sertifikasi internasional.
“Sejak 2008 kita mendapat sertifikasi dari Inggris yakni dari UK-MHRA. Sejak saat itu kita aktif mengekspor produk ke Inggris dan kita pertahankan hingga saat ini, bahkan meluas hingga ke Polandia dan Belanda. Selain itu kami mendapat audit dari Portugal dan kami memburu sertifikasinya. Kita juga mendapat sertifikasi dari Australia, Jerman,” jelasnya.