news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Komnas Pengendali Tembakau Usul 10% Cukai Rokok untuk Danai Pelatihan Buruh

7 November 2022 17:38 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Golkar, Misbakhun kinjungi para pelinting rokok di Pasuruan.  Foto: Fraksi Golkar DPR RI
zoom-in-whitePerbesar
Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Golkar, Misbakhun kinjungi para pelinting rokok di Pasuruan. Foto: Fraksi Golkar DPR RI
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Komisi Nasional Pengendalian Tembakau Hasbullah Thabrany mengusulkan pendapatan negara yang diterima dari cukai rokok 10 persennya bisa dialihkan untuk mendanai pelatihan para buruh pabrik dan petani tembakau di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menurutnya hal itu bisa menjadi solusi pemerintah dalam menekan prevalensi perokok di Indonesia. Adapun saat ini cara paling ampuh yang dilakukan pemerintah adalah dengan menaikkan tarif cukai rokok.
Namun kebijakan menaikkan cukai rokok menjadi pro dan kontra, lantaran akan berimbas juga pada keberlangsungan industri rokok.
"Oleh karena itu usulan dari Komnas, pemerintah sisihkan 10 persen dari pendapatan cukai untuk melatih tenaga-tenaga kerja pada industri rokok, sehingga punya keterampilan dalam bisnis, dalam IT dan sebagainya, sehingga mereka bisa dapat pendapatan yang lebih besar," kata Hasbullah pada konferensi pers yang digelar TCSC IAKMI, Senin (7/11).
Hasbullah juga mengungkap, berdasarkan penelitian world bank yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa para pekerja kasar di industri ini, mulai dari petani tembakau hingga buruh pabrik, angka kemiskinannya jauh lebih tinggi daripada masyarakat miskin pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Dengan diberikan pelatihan itu, Hasbullah mengatakan, para buruh pabrik rokok hingga petani cengkeh dan tembakau bisa beralih ke pertanian lain atau industri lain. Soal kekhawatiran pendapatan negara berkurang karena pekerja di sektor industri rokok akan berkurang, dia menjelaskan usulannya ini juga bisa menjadi solusi.
"Kita ingin supaya masyarakat lebih sehat dan produktif. Kalau rakyat sudah sehat, produktif, maka rakyat bisa mencari duit lebih banyak untuk negara. Melalui pajak dari gaji-gaji pekerja. Itu yang mesti dilihat ke depan," ungkapnya.
Selain itu, Hasbullah melihat jumlah buruh di pabrik rokok saat ini jauh menyusut karena industri rokok mulai beralih menggantikan mesin untuk produksi mereka.
"Pertanyaannya apakah benar industri rokok industri padat karya? Sekarang tidak lagi. Karena industri besar yang menguasai 80 persen produksi rokok itu menggunakan mesin. Yang satu mesin itu hampir 1.000 orang digantikan," ujarnya.
ADVERTISEMENT