Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Kompor Listrik Dinilai Efektif Jika Diwajibkan ke PNS Ketimbang Orang Miskin
24 September 2022 7:54 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Program konversi kompor LPG 3 kilogram menjadi kompor listrik saat ini sedang digencarkan oleh pemerintah dan PT PLN (Persero). Uji coba program ini pun menyasar kepada golongan masyarakat miskin .
ADVERTISEMENT
Saat ini, PLN sedang melakukan uji klinis atau prototype konversi kompor listrik, dengan target penyaluran kompor untuk 300.000 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di tahun ini. Hingga 2025, penerima ditargetkan mencapai 15,3 juta KPM.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abra Talattov menilai pemerintah salah sasaran jika ingin menggencarkan penggunaan kompor listrik di dalam negeri kepada masyarakat miskin.
Alih-alih memaksa masyarakat miskin golongan subsidi 450 VA atau 900 VA menggunakan kompor listrik, seharusnya pemerintah mensosialisasikan program ini kepada masyarakat kaya.
"Semestinya program kompor induksi ini sasarannya bukan masyarakat miskin, tapi justru untuk masyarakat mampu yang memiliki daya listrik di atas 2.200 VA bahkan 3.500 VA, itu harus disosialisasikan dengan masif," katanya kepada kumparan, Sabtu (17/9).
ADVERTISEMENT
Abra menambahkan jika ingin sosialisasi penggunaan kompor listrik ini semakin cepat, pemerintah bisa membuat imbauan penggunaan kompor listrik kepada PNS , BUMN, atau pejabat lain, mengikuti Inpres No 7 Tahun 2022 yang mewajibkan pejabat menggunakan mobil listrik.
"Pemerintah bisa saja ambil opsi mendorong atau mewajibkan ASN, karyawan BUMN, TNI/Polri untuk menggunakan kompor induksi di rumahnya masing-masing. Saya pikir bisa secara signifikan mempercepat program kompor induksi," ungkap dia.
Inisiatif tersebut sekaligus bisa menjadi percontohan bagi masyarakat umum, agar dapat melihat sendiri apakah memang memasak dengan kompor induksi lebih hemat dan cepat dari LPG 3 kilogram.
"Misal ternyata betul lebih hemat pengeluarannya, lebih cepat memasaknya, tidak ada risiko kebakaran dan lain-lain, masyarakat umum akan dengan sukarela beralih dari kompor LPG ke induksi," jelas Abra.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Abra juga menilai jika program konversi ini menyasar masyarakat miskin kurang tepat lantaran kebutuhan daya listrik sangat besar untuk penggunaan kompor listrik. Untuk kompor dua tungku, kata dia, membutuhkan minimal daya 2.200 VA.
Program Konversi Kompor Bakal Menyasar Orang Kaya
Menteri ESDM, Arifin Tasrif, mengakui jika program ini memang ditargetkan untuk golongan masyarakat miskin. Namun, program ini disebut juga akan menyasar ke kelompok masyarakat kaya yang mampu membayar tambahan daya.
"Menengah ke atas itu pada umumnya juga suka (kompor listrik). Nah yang masyarakat bawah dicoba beberapa yang paket percobaan itu, suka atau enggak, kalau suka nanti kita lihat skemanya," jelasnya kepada wartawan di kantor Kementerian ESDM, Jumat (23/9).
ADVERTISEMENT
Tidak Diterapkan Tahun Ini
Dalam kesempatan terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, memastikan jika program konversi kompor LPG 3 kilogram menjadi kompor listrik tidak akan diterapkan mulai tahun 2022 ini.
Airlangga menjelaskan pernyataan tersebut berdasarkan arahan Presiden Jokowi. Kata dia, program ini masih merupakan uji coba atau prototype sebanyak 2000 unit dari rencana 300.000 unit, yang akan dilaksanakan di Bali dan Solo.
"Pemerintah belum putuskan, sekali lagi, pemerintah belum putuskan terkait program konversi kompor LPG 3 kilogram menjadi kompor induksi, namun dapat dipastikan bahwa program ini tidak akan diberlakukan di 2022," ujarnya saat konferensi pers virtual, Jumat (23/9).