Kompor Listrik vs Kompor Gas, Lebih Hemat Mana?

9 Maret 2022 15:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
16
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kompor listrik Modena. Foto: Modena
zoom-in-whitePerbesar
Kompor listrik Modena. Foto: Modena
ADVERTISEMENT
PT Pertamina dalam tiga bulan terakhir telah melakukan penyesuaian harga gas LPG nonsubsidi sebanyak dua kali. Sekarang, harga LPG nonsubsidi dibanderol Rp 15.500 per kg. Kondisi ini menyebabkan munculnya wacana penggunaan kompor listrik sebagai solusi dari permasalahan ini.
ADVERTISEMENT
Dari segi keekonomian, Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai bahwa dengan pemakaian normal, penggunaan kompor listrik bisa lebih hemat daripada menggunakan kompor gas. Dengan catatan LPG yang digunakan adalah LPG nonsubsidi.
“Harga LPG NPSO (nonsubsidi) yang saat ini Rp 15.500-17.000 per kg, jika dibandingkan 1 kg gas setara dengan 7,1 kwh dengan tarif Rp 1.445 per kwh. Maka per kg setara hanya Rp 10.387. Jadi, masyarakat masih bisa lebih hemat jika menggunakan kompor listrik,” kata Mamit kepada kumparan, Rabu (9/3).
Ilustrasi menyikat tungku kompor gas. Foto: Shutter Stock
Selain lebih hemat, Mamit menilai penggunaan kompor listrik juga lebih aman. Selain itu juga lebih efisien karena lebih cepat panas sehingga tak memerlukan waktu lama untuk memasak.
“Kompor listrik juga bisa dikatakan lebih aman jika dibandingkan dengan kompor LPG karena tidak bermain di tekanan. Memasak dengan kompor listrik bisa lebih cepat panas sehingga waktu memasak bisa lebih cepat,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara, Direktur Eksekutif Reforminer Instutut Komaidi Notonegoro menilai selama LPG masih mendapat subsidi pemerintah maka kompor gas masih lebih meringankan masyarakat.
“Sepanjang yang digunakan LPG subsidi, kompor gas masih lebih meringankan. Minimal tidak harus membeli kompor baru dan peralatan masak yang baru. Karena kompor listrik memerlukan alat masak khusus,” kata Komaidi kepada kumparan.
Komaidi mengakui di tengah lonjakan energi global ada kemungkinan skema subsidi untuk LPG akan berubah. Meski begitu, menurutnya penggunaan kompor listrik juga belum semerta-merta bisa jadi alternatif pengganti.
“Namun listrik juga sama-sama berisiko. Harga batu bara sudah USD 400, kalau dibuka pasti jebol juga tarifnya. Kalau energi sebenarnya mirip-mirip,” katanya.

Hitung-hitungan Biaya Kompor Listrik atau Kompor Gas

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, jika dibandingkan melalui perhitungan perbandingan berbasis kalori maka 1 kg LPG setara dengan 7 kWh listrik.
ADVERTISEMENT
Mengacu pada harga yang berlaku saat ini, LPG non subsidi dibanderol dengan harga kisaran Rp 15.500 per kg, sementara listrik 7 kWH harganya berkisar Rp 10.250. Artinya, nilai keekonomsian menggunakan LPG lebih mahal Rp 5.250 per kg dibanding dengan pemanfaatan listrik.
Dirut PLN, Darmawan Prasodjo. Foto: Dok. Istimewa
Sama halnya dengan menggunakan LPG nonsubsidi, di mana harga LPG 3 kg (melon) yang saat ini dibanderol sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) sebenarnya terdapat komposisi subsidi pemerintah sebesar Rp 11.000 per kg.
Jika itu dibandingkan melalui perhitungan perbandingan kalori, maka nilai keekonomian menggunakan LPG subsidi sebenarnya juga lebih mahal dibanding dengan pemanfaatan listrik.
“Jadi seakan-akan LPG ini lebih murah dari kompor listrik. Padahal ini membebani APBN. Ada komponen subsidi dari APBN,” ujar Darmawan dalam rilis resmi dikutip Rabu, (9/3).
ADVERTISEMENT
******
Kuis kumparanBISNIS hadir lagi untuk bagi-bagi saldo digital senilai total Rp 1,5 juta. Kali ini ada kuis tebak wajah, caranya gampang! Ikuti petunjuknya di LINK INI. Penyelenggaraan kuis ini waktunya terbatas, ayo segera bergabung!