Konsolidasi Tower Telkom Group Dinilai Berkah Bagi Mitratel dan Operator Seluler

25 Agustus 2022 10:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menara telekomunikasi Mitratel. Foto: Dok. Mitratel
zoom-in-whitePerbesar
Menara telekomunikasi Mitratel. Foto: Dok. Mitratel
ADVERTISEMENT
PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) optimistis konsolidasi menara Telkom Group dan operator seluler saat ini akan membawa dampak positif bagi perusahaan penyedia menara. Selain itu konsolidasi tersebut dinilai membuka kesempatan bagi semua operator seluler untuk ekspansi bisnis
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko atau Teddy mengatakan tumbuhnya kebutuhan mobile data, teknologi 5G dan IoT (Internet of Things), serta aksi merger operator seluler membawa dampak semakin berkembangnya industri menara telekomunikasi di Indonesia.
Teddy menjelaskan, hal itu merupakan potensi pasar yang cukup bagus untuk terus bertumbuh. Ia mengatakan dengan kepemilikan 34.800 menara yang diraih setelah akuisisi 6.000 menara Telkomsel di seluruh Indonesia menjadikan Mitratel memiliki kekuatan penuh dalam menjawab peluang tersebut.
"Dengan mapping tersebut, kami optimistis strategi ini akan disambut positif oleh semua operator. Apalagi, ditambah 32 persen menara Mitratel merupakan prioritas utama tenant dari operator seluler,” kata Teddy melalui keterangan tertulis, Kamis (25/8).
Teddy mengungkapkan setelah akuisisi menara Telkomsel, pihaknya lebih agresif meningkatkan tenancy ratio dan perluasan layanan, termasuk bisnis pendukung agar dapat meningkatkan nilai lebih bagi bisnis pelanggan.
ADVERTISEMENT
“Skema bisnis dan total solusi yang kami tawarkan kepada para operator tidak memerlukan investasi yang besar sehingga customer menjadi dimudahkan dan efisien,” jelas Teddy.
Dirut Telkom, Ririek Adriansyah, menyampaikan paparan di acara TelkomGroup Investor Day di Nusa Dua, Bali, Jumat (19/8/2022). Foto: Wendiyanto Saputro/kumparan
Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Ririek Adriansyah mengatakan konsolidasi bisnis konektivitas akan memperbesar valuasi anak-anak usaha Telkom. Hal itu dilakukan dengan bisnis menara telekomunikasi yakni menggabungkan menara Telkomsel ke dalam Mitratel.
“Dengan penggabungan ini, unlocking bisnis sektor telekomunikasi di bawah Telkom Group dapat terlaksana,” ujar Ririek.
Ririek menambahkan langkah mengkonsolidasikan bisnis anak usaha Telkom merupakan realisasi dari 5 strategi besar yang dikenal dengan Five Bold Moves, untuk menjadi industri telekomunikasi kelas dunia dengan target mendorong transformasi bisnis, meningkatkan kapitalisasi pasar (market cap) dengan valuasi Rp 500-700 triliun, unlocking bisnis, serta EBITDA yang harus terus bertumbuh.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan langkah penggabungan bisnis menara di anak usaha Telkom dinilai tepat. Ia menjelaskan strategi bisnis akuisisi menara Telkomsel oleh Mitratel tersebut justru membuat efisien dan meningkatkan valuasi, serta daya saing perusahaan.
Menurutnya, hal itu terlihat dari pengelolaan menara telekomunikasi milik Mitratel bisa disewakan ke semua operator seluler. Selain itu, langkah bisnis akuisisi menara yang dilakukan oleh Mitratel menjadi revenue stream baru bagi Telkom Group, serta ditambah masuknya permodalan (Mitratel) dari investor.
“Pengelolaan menara yang tadinya cost center, saat ini bisa jadi profit center karena juga bisa diisi oleh operator lain,” tutur Tiko.
Tiko menyatakan UU Cipta Kerja bisa mendorong penggunaan infrastruktur menara untuk layanan bersama (infrastructure sharing). Selain menara, fiber optik juga bisa digunakan bersama oleh operator. Menurutnya, level persaingannya saat ini bukan lagi di penguasaan infrastruktur, tapi kualitas layanan kepada pelanggan.
ADVERTISEMENT