Konsumsi Baja RI Masih Rendah, Kalah dari Malaysia dan Filipina

4 September 2019 13:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bongkar muat baja Foto: Helmi Afandi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bongkar muat baja Foto: Helmi Afandi/kumparan
ADVERTISEMENT
Konsumsi baja dalam negeri masih kalah dibanding Filipina hingga Malaysia. Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, Silmy Karim, mengatakan dari catatannya, konsumsi baja di Indonesia hanya sekitar 52 kilogram (kg) per kapita per tahun.
ADVERTISEMENT
"Kita saja kalah sama Filipina, kalah sama Malaysia. Malaysia hampir 300 kg. Sama Singapura saja kalah, Singapura sudah 400-an kg per org per tahun," katanya di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu (4/9).
Padahal, selama ini pemerintah terus mendorong pembangunan infrastruktur sejak tahun 2015. Harusnya, konsumsi baja dalam negeri bisa meningkat. Sebab, pembangunan infrastruktur biasanya menggunakan material baja.
"Jadi konsumsi baja per kapita ini bisa kita artikan sebagai dua hal. Satu, industrinya belum terlalu hebat, (kedua) sama infrastrukturnya belum terlalu hebat. Kalau dua-duanya tinggi ini pasti tinggi (konsumsinya)," tambahnya.
Bongkar muat baja Foto: Helmi Afandi/kumparan
Sementara, Silmy memaparkan, konsumsi baja paling tinggi tercatat adalah Korea Selatan sebesar 1.100 kg per kapita.
Secara nasional berdasarkan data yang dia paparkan, konsumsi baja pada 2018 adalah sebesar 15,1 juta ton. Angka tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 11,03 persen dari tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Dia memperkirakan pada tahun 2024 konsumsi baja akan mengalami peningkatan lagi menjadi 21,4 juta ton. Menurutnya, baja yang bisa diproduksi oleh pihaknya sekitar 10 juta ton. Masih ada ruang yang belum bisa dipenuhinya sebesar 11,4 juta ton.
"Jadi ada potensi, 2024 konsumsi itu bisa 21 juta ton. kalau Krakatau Steel 10 juta ton artinya masih ada room lagi yang besar," tambahnya.