Konsumsi BBM Pertalite Naik Terus, Kemenkeu Waspadai Kuota Tinggal 6,3 Juta KL

11 Agustus 2022 21:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite ke sepeda motor konsumen di SPBU Imam Bonjol, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Jumat (24/6/2022). Foto: Makna Zaezar/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite ke sepeda motor konsumen di SPBU Imam Bonjol, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Jumat (24/6/2022). Foto: Makna Zaezar/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengingatkan konsumsi BBM Pertalite yang terus meningkat dengan cepat, sementara kuotanya menipis. Dirjen Anggaran Kemenkeu Isa Rachmatawarta pun meminta Pertamina untuk melakukan pembatasan pada penjualan Pertalite.
ADVERTISEMENT
Hingga akhir Juli 2022, volume konsumsi Pertalite mencapai 16,8 juta kiloliter (KL), padahal kuota yang diberikan pemerintah hanya 23,1 juta KL. Artinya, kuota Pertalite hanya tinggal 6,3 juta KL hingga akhir tahun.
"Ini yang akan terus diwaspadai, mudah-mudahan bisa mengelolanya dengan baik, terutama untuk volume konsumsi. Kita terus meminta BPH Migas maupun Pertamina untuk bisa mengendalikan kebijakan konsumsi ini," ujar Isa saat konferensi pers APBN Kita, Kamis (11/8).
Ia pun berharap, harga minyak mentah Indonesia (ICP) tidak lagi naik tinggi dan nilai tukar rupiah tidak melemah terlalu dalam hingga akhir tahun agar subsidi energi tetap aman.
"Sementara ICP dan kurs akan dicermati, kalau bisa tidak naik lagi sampai dengan akhir tahun, akan membantu menetralkan efek volume konsumsi yang cenderung naik dari yang diperkirakan," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara mengatakan, anggaran yang disiapkan Rp 502 triliun tersebut sudah memperhitungkan ICP sebesar USD 100 per barel, kurs Rp 14.450 lebih tinggi dari yang ada dalam APBN 2022, dan juga volume konsumsi yang diperkirakan sebanyak 15,1 juta KL untuk solar dan Pertalite sebanyak 23,1 juta KL.
“Memang beberapa kurs masih naik turun, ICP sedang menurun saat ini, namun ada potensi naik. Namun yang akan diwaspadai volume,” jelasnya.
Untuk itu, pemerintah akan terus mewaspadai volume konsumsi BBM agar sesuai dengan yang sudah diperkirakan, sehingga anggaran subsidi tidak makin membengkak.
Realisasi belanja subsidi energi, yang terdiri dari BBM, LPG 3 kg, dan listrik, hingga akhir Juli 2022 mencapai Rp 88,7 triliun. Angka ini naik 27,5 persen dibandingkan akhir Juli 2021 yang sebesar Rp 69,52 triliun.
ADVERTISEMENT
Adapun realisasi subsidi BBM dan LPG hingga akhir bulan lalu sebesar Rp 62,7 triliun dan subsidi listrik Rp 26,0 triliun. Sementara untuk subsidi non energi, yakni pupuk dan kredit usaha rakyat (KUR) mencapai Rp 27,5 triliun.
Secara keseluruhan, realisasi subsidi mencapai Rp 116,2 triliun di akhir Juli 2022, naik 16,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 99,6 triliun.