Kontribusi Migas & Batu Bara Dinilai Masih Minim ke Pengurangan Emisi Karbon

28 Januari 2023 13:10 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja mengoperasikan alat berat saat bongkar muat batu bara ke dalam truk di Pelabuhan PT Karya Citra Nusantara (KCN), Marunda, Jakarta, Rabu (12/1/2022). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja mengoperasikan alat berat saat bongkar muat batu bara ke dalam truk di Pelabuhan PT Karya Citra Nusantara (KCN), Marunda, Jakarta, Rabu (12/1/2022). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Hari ini, Sabtu (28/1), diperingati sebagai hari pengurangan Emisi CO2 atau emisi karbon Internasional atau International Reducing CO2 Emissions Day. Indonesia berkomitmen mencapai target net zero emission pada tahun 2060. Salah satu sektor yang dapat menyumbang penurunan emisi adalah batu bara serta minyak dan gas (migas).
ADVERTISEMENT
Pengamat dan Peneliti di Alpha Research Database Ferdy Hasiman mengungkapkan, pengurangan emisi global yang dilakukan perusahaan tambang dan migas hanya sekadar wacana. Banyak diskusi yang dilakukan, tapi masih belum ada aksi nyata.
"Ada sedikit upaya, tapi belum kelihatan konkret-nya. Bukan hanya di tambang, tapi di migas belum terlihat," kata Ferdy kepada kumparan, Sabtu (28/1).
Ferdy menilai banyak produsen batu bara yang berkepentingan dan belum siap melakukan transisi. Pengurangan emisi baru ramai diisukan beberapa tahun terakhir sehingga belum membuahkan hasil.
"PLTU besar kontraknya dengan perusahaan asing lumayan panjang, ini menjadi dilema proses transisi energi berjalan lambat. 55 persen kelistrikan dari batu bara, ada dilema kebijakan mengurangi emisi menggunakan transisi energi," katanya.
ADVERTISEMENT
Nelayan melintasi di PLTU Suralaya di Cilegon. Foto: RONALD SIAGIAN / AFP
Dia menyarankan perusahaan tersebut untuk tidak mengandalkan energi fosil tanpa harus memberhentikan kebijakan yang sudah berjalan. "Salah satu di pabrik tidak gunakan listrik yang berbasis batu bara, sudah dijalankan perusahaan seperti PT Vale. Kalau tidak mengarah dan menggunakan energi karbon, dia akan ditinggal," imbuhnya.
Menurut Ferdy, investor bisa beradaptasi melihat situasi lingkungan global. Sedangkan, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan belum semua sektor migas dan tambang menjalankan transisi energi.
"Perusahaan minyak asing sudah mulai memanfaatkan EBT Dan transisi energi. Perusahaan tambang sudah terlihat mulai penggantian sumber listrik, seperti Medco dan Adaro," tutur Fabby.
Fabby melihat perusahaan tambang terbuka sudah memiliki strategi keberlanjutan dan mencoba menurunkan emisi dari seluruh operasi. Meski demikian, banyak perusahaan tambang terutama yang kecil belum melakukan transisi energi.
ADVERTISEMENT
"Beberapa perusahaan tambang bahkan sudah menargetkan net zero, dari integrasi hulu sampai hilir," tambahnya.