Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Kopi Asal RI Mendunia, Bikin Melek India hingga Amerika
15 Desember 2024 10:33 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Bau kopi menyeruak ketika kumparan masuk ke basement Pasar Santa, Jakarta Selatan. Aromanya yang memikat seolah menjadi undangan tak tertulis bagi siapa saja yang melangkahkan kaki ke sudut kecil ini.
ADVERTISEMENT
Di tengah hiruk-pikuk pasar tradisional yang kini menjadi salah satu pusat kreatif Jakarta, sebuah kios bernama Dunia Kopi berdiri. Di sinilah Suradi, sang pemilik kios, telah menjaga bara semangat kopi Indonesia tetap menyala sejak 2000.
Suradi tengah melayani pelanggan yang datang silih berganti. Di kiosnya, ratusan jenis biji kopi terjejer rapi. Tak hanya menjual biji kopi, ia juga menyuguhkan cerita panjang tentang perjalanannya yang penuh tantangan, kolaborasi, dan inovasi.
"Kami mulai tahun 2000. Waktu itu nyari kopi itu susah. Pada akhirnya, kita berpikir, gimana sih bisa punya tempat yang mudah dikunjungi banyak orang, murah, dan efektif. Mau enggak mau harus di pasar," kenang Suradi membuka cerita.
Suradi mulanya hanya menjual 3 toples kopi yang didapatkannya dari petani lokal. Namun kini, ia berhasil menjual lebih dari 1 ton kopi per hari.
ADVERTISEMENT
“Di sini pengunjung bisa beli minimal 100 gram harganya dari Rp 13 ribu aja. Paling mahal Rp 80 ribu 100 gram, kopi juara dunia yang disukai pak Jokowi,” kata Suradi.
Suradi mengumpulkan biji kopi satu per satu dari petani daerah di Indonesia mulai dari Aceh hingga Papua. Mulai jenis Arabica, Robusta, Liberica atau Excelsa, dengan jenis proses full wash, semi wash, natural, honey, anaerob, hingga wine.
Setiap biji kopi yang dibeli bukan hanya sekadar komoditas. Melainkan juga cerminan semangat untuk mendukung petani lokal. Suradi selalu mengedukasi petani tentang cara meningkatkan kualitas kopi.
"Petani-petani saya kasih edukasi, gimana kopi kita biar ada nilainya, harganya bagus. Mau enggak mau harus prosesi dengan baik,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Suradi juga memiliki kebun kopi percontohan di Jawa Barat seluas 1 hektare. Ia mengaku enggan membeli lahan petani dalam jumlah besar.
"Kalau kita beli banyak-banyak, kasihan mereka akhirnya jadi pekerja. Jangan, malah saya bilang teman-teman jangan salah, kebun mereka jangan dibeli, kasihan," ujar Suradi.
Menurut Suradi, yang lebih penting adalah memberikan kepastian harga dan pasar kepada petani. Dengan begitu, para petani tetap bisa merasa bangga sebagai pemilik kebun dan pengusaha.
Dalam percakapannya, Suradi menggambarkan kopi Indonesia sebagai ayam kampung. Menurutnya, kopi Indonesia tetap memegang keunggulan dengan metode alami yang organik, berbeda dengan kopi Brazil yang lebih terstandarisasi secara teknologi.
Meningkatnya Potensi Ekspor Kopi RI
Meski bermula dari kios kecil, Suradi berhasil membawa kopi Indonesia ke panggung global. Dia menyebut tren ekspor kopi ke mancanegara terus meningkat. Menurutnya, banyak orang di dunia mulai melirik nikmatnya kopi nusantara. Dengan permintaan global yang terus meningkat, Suradi yakin kopi Indonesia memiliki masa depan cerah.
ADVERTISEMENT
“Menurut saya permintaan kopi, khususnya Indonesia lagi tinggi-tingginya di dalam negeri maupun di luar negeri. Kemarin baru ngirim (ekspor) ke China, Korea, Jepang, ke Bulgaria dan Arab Saudi," ungkap Suradi.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mendukung optimisme yang disampaikan Suradi. Selama Januari-September 2024, ekspor kopi Indonesia mencapai 342,33 ribu ton atau senilai USD 1,49 miliar, naik hampir 30 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Filipina, Amerika Serikat, dan Malaysia menjadi tujuan utama ekspor.
Total ekspornya sepanjang 2023 capai 279,84 ton senilai USD 929 juta. Mesir hingga AS sudah merasakan nikmatnya kopi dari Tanah Air.
Secara kasat mata, angka ini menunjukkan perkembangan positif dalam performa ekspor kopi. Namun, di sisi lain, produktivitas kopi Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan negara-negara pesaing, terutama Vietnam dan Brasil.
ADVERTISEMENT
Vietnam, Brasil, dan juga Malaysia memang menjadi negara pengimpor kopi ke Indonesia. Impor kopi ke Tanah Air pada periode Januari-September tercatat sebesar 67,65 ribu ton atau senilai 319,84 juta dolar AS.
Komoditas impor yang dominan adalah kopi robusta tidak digongseng dan tidak dihilangkan kafeinnya dengan volume 35,40 ribu ton, kopi arabika tidak digongseng dan tidak dihilangkan kafeinnya 10,89 ribu ton dan olahan kopi yang berbasis ekstrak, esens atau konsentrat yang mengandung tambahan gula 10,71 ribu ton.
Guru Besar Fakultas Pertanian IPB, Dwi Andreas Santosa, menjelaskan dari sisi ekspor kopi Indonesia memang ada peningkatan. Namun, ia menilai produktivitasnya kini semakin terancam dengan kopi asal Vietnam.
"Sebelumnya Indonesia itu peringkat empat untuk produksi kopi dunia. Sekarang peringkat tiga. Jadi kopi itu sampai tahun 2020 kita itu peringkat empat. Tahun 2021 kita masuk peringkat tiga. Mungkin karena ada negara lain yang turun peringkatnya karena apa, penambahan produksi kopi kita juga tidak begitu bagus. Jadi ya hampir samalah (produksi kopi) di sekitar 750 ribu sampai 800 ribu ton per tahunnya," kata Andreas.
Produksi kopi Indonesia tahun 2022 tercatat sekitar 794 ribu ton. Angka ini jauh tertinggal dari Vietnam yang memproduksi 1,95 juta ton dan Brasil yang mendominasi dengan 3,2 juta ton. Fakta ini menunjukkan, meskipun peringkat Indonesia naik, kesenjangan produktivitas dengan negara-negara pesaing tetap signifikan.
ADVERTISEMENT
Di tengah kondisi tersebut, Suradi tetap yakin kopi asal Tanah Air akan tetap banyak yang melalang buana ke negara-negara dunia.
"Kopi kita itu kayak ayam kampung. Dia punya rasa lebih khas, lebih sweet, lebih manis, lebih fruity. Keunggulannya luar biasa," tutur Suradi.