Korsel Lirik Budi Daya Stevia di RI, Investasi Siap Masuk Rp 500 M

19 Juni 2021 20:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Daun Stevia bisa digunakan sebagai pemanis alami. Foto: Bella Cynthia/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Daun Stevia bisa digunakan sebagai pemanis alami. Foto: Bella Cynthia/kumparan
ADVERTISEMENT
Perusahaan asal Korea Selatan (Korsel) mulai melirik Indonesia untuk pengembangan budi daya tanaman stevia, yang dikenal sebagai pengganti gula. Pada tahap awal, PT Bejana Kasih Sempurna (BKS) bekerja sama dengan perusahaan asal Korsel, Stevia Farms Co Ltd, untuk mengolah stevia menjadi bahan pangan dan farmasi.
ADVERTISEMENT
"Kami akan melibatkan masyarakat petani di sekitar kebun dengan sistem contract farming dan hasil panen stevia akan diekspor ke Korea Selatan sebagai bahan pangan dan farmasi," kata Chief Executive Officer BKS Oktavianus Minanga, Sabtu (19/6).
Dia melanjutkan, Stevia Farm juga akan membangun industri pengolahan stevia di Indonesia. Nilai investasi yang akan masuk ke Tanah Air itu senilai USD 34 juta atau hampir Rp 500 miliar.
Menurutnya, perseroan sudah memiliki izin untuk pengembangan tanaman rendah kalori, termasuk izin pemasukan benih serta izin produsen benih dari pemangku kepentingan terkait.
"Jika tidak ada halangan, sekitar September atau Oktober, kami akan melakukan ekspor perdana melalui Port Bitung. Perusahaan Korea ini juga segera membangun industri pengolahan stevia di Indonesia senilai USD 34 juta dolar," katanya.
Tanaman Stevia yang bisa digunakan sebagai pemanis alami. Foto: Bella Cynthia/kumparan
Dalam keterangannya, Vice President Stevia Farm Co Ltd Kwang Surk Yoo mengaku optimistis dengan peluang budi daya tanaman stevia di Indonesia, khususnya Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.
ADVERTISEMENT
"Kami cukup banyak melakukan survei di beberapa negara di kawasan Asia dan kami menemui hanya di Indonesia yang paling cocok dan optimal untuk pengembangan stevia ini," katanya.
Ia memaparkan, saat ini kebutuhan stevia di dunia kurang lebih 1.200 ton per bulan, dengan sekitar 200 ton terserap oleh industri pangan dan farmasi di Korea Selatan. Sedangkan, sisanya untuk kebutuhan negara-negara lain yang disuplai oleh Stevia Farms dengan branding New Stevia.
"Untuk produk stevia dari Indonesia mempunyai kode produk internasional di Korea dengan nama New Stevia Yun Yan," kata Kwang.
Sebelumnya, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian, Dedi Junaedi menyampaikan bahwa stevia merupakan salah satu komoditas prospektif, karena bermanfaat sebagai tanaman pemanis rendah kalori substitusi gula tebu.
ADVERTISEMENT
Namun, kendala utama pengembangan stevia di Indonesia adalah penyediaan varietas unggul yang masih terbatas, sehingga perlu dukungan oleh teknik perbanyakan bahan tanaman bermutu dan efisien secara massal, serta teknologi budi daya.
"Diversifikasi sumber pemanis ini, selain gula kristal putih (GKP) dan gula merah, juga diharapkan dapat mengurangi beban impor, sehingga dapat mendukung pemerintah dalam mewujudkan swasembada pemanis terutama untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga," pungkasnya.