Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Krisis Turki Hingga Argentina Bisa Goyang Dana Asing yang Masuk RI
30 Agustus 2018 16:04 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Namun demikian Ekonom Senior Bank Mandiri, Andry Asmoro, mengatakan krisis pada ketiga negara tersebut akan mempengaruhi arus modal asing yang masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia. Sehingga, indikator ekonomi di Indonesia akan menjadi pertimbangan bagi investor asing untuk menaruh dananya di Tanah Air.
"Perdagangan impact-nya enggak ada exposure yang banyak, tapi ke finansial melalui aliran modal. Karena sekarang yang susah ditebak itu kan capital flow," ujar Andry di Plaza Mandiri, Jakarta, Kamis (30/8).
Menurutnya, depresiasi mata uang yang sangat tinggi di ketiga negara tersebut merupakan hal yang lumrah. Pihaknya pun telah memprediksi hal itu sejak awal tahun ini.
"Kami proyeksi ini gantian saja, Turki, Argentina, Brasil. Itu hal yang lumrah dalam negara berkembang," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Dari sisi perdagangan, menurutnya tak akan banyak mempengaruhi neraca dagang Indonesia. Sebab, hubungan dagang Indonesia pada ketiga negara tersebut sangat minim.
Indonesia sendiri, hingga saat ini masih memiliki defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang cukup lebar. Andry mengatakan, hal ini juga menjadi perhatian para investor.
Namun Andry memastikan, level CAD yang mencapai USD 13,7 miliar atau 2,6 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) selama semester I ini masih sehat.
"CAD kan jadi tantangan kita dan investor akan bandingkan dengan negara-negara lain yang memiliki CAD. CAD kita itu relatif masih at healthy level," katanya.
Menurutnya, perekonomian Indonesia juga masih tergolong cukup baik dibandingkan sebelas negara berkembang. Berdasarkan data Bank Mandiri, berdasarkan indikator ekonomi mulai dari pertimbuhan ekonomi, inflasi, kurs, utang, dan neraca pembayaran, Indonesia berada di peringkat ketujuh, satu tingkat di atas Rusia.
ADVERTISEMENT
Sementara di peringkat pertama dipegang oleh Korea Selatan. Sedangkan di peringkat paling buncit yakni Turki.
"Indonesia masih cukup baik, but not at top lead. Sebagai negara berkembang cukup baik," tambahnya.