KSSK: Dinamika Global Tinggi, Stabilitas Keuangan RI Masih Aman

1 November 2018 14:51 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi pers KSSK terkait perkembangan ekonomi dan keuangan kuartal III 2018. (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi pers KSSK terkait perkembangan ekonomi dan keuangan kuartal III 2018. (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyebutkan, stabilitas sistem keuangan pada kuartal III 2018 dalam kondisi relatif terjaga aman. Meski demikian, dinamika perekonomian global masih dinilai cukup tinggi.
ADVERTISEMENT
"Periode kuartal III 2018, stabilitas sistem keuangan relatif terjaga atau aman. KSSK memandang dinamika perekonomian masih cukup tinggi, namun terlihat sebagai hal yang baik," ujar Ketua KSSK Sri Mulyani dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis (1/11).
Dia melanjutkan, sejumlah indikator yang menopang KSSK yaitu pertumbuhan ekonomi masih terjaga di atas 5 persen. Inflasi pada level yang stabil rendah. Cadangan devisa serta volatilitas masih memadai.
"Defisit APBN mengecil, bahkan keseimbangan primer lebih baik dari periode-periode sebelumnya," katanya.
Gubernur BI Perry Warjiyo (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur BI Perry Warjiyo (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan, pihaknya akan tetap fokus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Selain itu, dia juga akan memastikan likuiditas di pasar keuangan cukup.
ADVERTISEMENT
"Perkembangan nilai tukar rupiah ada tekanan dari global, tapi relatif stabil dalam batas yang normal. Depresiasi rupiah sekitar 10 persen year to date (ytd), lebih rendah dibandingkan India, Brasil, Turki, Rusia," kata Perry.
Otoritas moneter juga memastikan akan terus berkoordinasi dengan pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk melakukan langkah bersama menurunkan defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD).
"Makanya BI sejak Mei sudah naikkan suku bunga hingga 150 bps, itu bukan karena inflasi, tapi untuk mempertahankan daya tarik pasar keuangan Indonesia, sekaligus untuk turunkan defisit transaksi berjalan," tambahnya.