Kuota Pertalite dan Solar Segera Habis, Pemerintah Diminta Naikkan Harganya

14 Agustus 2022 18:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite ke sepeda motor konsumen di SPBU Imam Bonjol, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Jumat (24/6/2022). Foto: Makna Zaezar/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite ke sepeda motor konsumen di SPBU Imam Bonjol, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Jumat (24/6/2022). Foto: Makna Zaezar/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Kuota BBM subsidi diprediksi akan habis sebelum akhir tahun ini. Pengamat Energi Watch Mamit Setiawan memperkirakan stok Pertalite akan habis di bulan Oktober 2022 apabila tidak ada penambahan kuota.
ADVERTISEMENT
Adapun kuota Pertalite yang diberikan pemerintah hingga akhir tahun ini sebanyak 23,1 juta kiloliter (KL), sementara konsumsi BBM jenis Pertalite hingga Juli 2022 sudah mencapai 16,8 juta KL atau setara dengan 73,04 persen dari total kuota yang ditetapkan. Sementara kuota solar diberikan 14,91 juta KL, sedangkan hingga akhir Juli 2022 sudah digunakan 9,9 juta KL atau tersisa 5,01 juta KL.
Mamit memprediksi, apabila ada tambahan subsidi Pertalite sebanyak 5 juta KL hingga akhir tahun 2022, maka penambahan kompensasi energi dalam APBN bisa mencapai Rp 45 triliun, dengan selisih keekonomian Rp 9.000 per liter. Sedangkan penambahan 1,5 juta KL solar membutuhkan dana sebesar Rp 19,5 triliun, dengan selisih Rp 13 ribu per liter.
ADVERTISEMENT
“Kebijakan yang seharusnya diterapkan ada tiga pilihan. Pilihan pertama adalah penyesuaian harga Pertalite dan Solar, dalam artian ada kenaikan harga,” ujar Mamit kepada kumparan, Minggu (14/8).
Mamit mengatakan, kebijakan kedua yaitu pembatasan penggunaan BBM jenis BBM tertentu (JBT) dan jenis BBM khusus penugasan (JBKP). Ia meminta pemerintah untuk merevisi Perpres 191/2014 yang menjadi kunci anggaran tidak jebol.
Dalam revisi tersebut, pemerintah mengatur kriteria siapa saja yang berhak mendapatkan BBM subsidi. Hingga saat ini, aturan tersebut tidak melarang, sehingga penggunaan BBM masih bebas bagi kalangan masyarakat.
“Meskipun sangat berat, mencabut BBM subsidi bisa menjadi opsi, sehingga ke depan subsidi akan tepat sasaran. Reformasi subsidi dari berbasis barang menjadi berbasis orang,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Hal senada diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal, bahwa stok Pertalite akan jebol apabila tidak dibatasi penggunaannya maupun ditambah kuotanya.
“Pertalite bisa jadi habis Oktober. Tambahan APBN belum bisa dihitung, tetapi APBN masih punya cukup ruang karena ada tambahan penerimaan akibat kenaikan harga komoditas,” kata Faisal.
Solusi yang diberikan Faisal agar stok Pertalite stabil adalah pembatasan penggunaan BBM bersubsidi dan menambah kuota BBM bersubsidi. Sementara itu, Area Manager Comm Relations and CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Barat Eko Kristiawan mengaku terjadi keterlambatan pengiriman BBM termasuk Pertalite.
"Konsumsi BBM termasuk Pertalite sedang mengalami peningkatan dalam beberapa waktu terakhir. Sempat terjadi keterlambatan pengiriman, namun saat ini berangsur normal," pungkas Eko.
ADVERTISEMENT
Eko menjamin stok Pertalite sudah aman tersedia di SPBU. Ia mengimbau masyarakat untuk menggunakan BBM berkualitas dan ramah lingkungan di SPBU Pertamina seperti Pertamax Series dan Dex Series.