news-card-video
21 Ramadhan 1446 HJumat, 21 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Kurangi Pinjaman, PT Vale Antisipasi Dampak Harga Nikel Anjlok

19 Maret 2025 15:48 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Power Plant PT Vale Indonesia (INCO) di Sorowako. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Power Plant PT Vale Indonesia (INCO) di Sorowako. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
PT Vale Indonesia Tbk (INCO) membeberkan setidaknya dua solusi agar perusahaan pertambangan nikel tidak terlalu terpengaruh fluktuasi harga nikel yang wajar terjadi.
ADVERTISEMENT
Presiden Direktur Vale Indonesia, Febriany Eddy, mengatakan selama 17 tahun dirinya berkecimpung di perusahaan, harga nikel memang selalu bergejolak.
Harga nikel terendah selama periode tersebut bisa menyentuh USD 9.000 per ton, dan pernah mencapai masa kejayaan sekitar tahun 2007 mencapai USD 50.000 per ton. Saat ini harga nikel berada di kisaran USD 16.000 per ton.
"Nikel itu termasuk komoditas yang paling volatile harganya. Kalau kita investasi besar, tapi harga volatile itu bagaimana? Kuncinya adalah kita tidak akan hanya bergantung pada harga, karena harga tidak bisa kita kontrol dan selalu bergerak," ujarnya saat sharing session bersama media, dikutip Rabu (19/3).
Febriany menuturkan, ada beberapa cara agar perusahaan tidak bergantung pada volatilitas harga nikel. Pertama, membuat sebuah proyek menjadi sangat kompetitif, baik dengan efisiensi biaya operasional dan membangun reputasi yang baik.
ADVERTISEMENT
Setiap Vale Indonesia ingin berinvestasi, kata dia, akan memerhatikan belanja modal (capital expenditure/capex) dan biaya operasional (operational expenditure/opex). Jika tidak efisien, maka perusahaan tidak akan berinvestasi.
"Kalau harga nikel lagi turun, yang akan terdampak pertama kali yang paling tidak efisien dulu. Ya kasarnya 50 persen (proyek) enggak survive, jadi sangat penting cost dan capex efisiensi," jelas Febriany.
Direktur Utama PT Vale Indonesia Tbk Febriany Eddy. Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
Selain masalah biaya, menurut dia, faktor terpenting adalah reputasi. Salah satu yang harus dipertimbangkan adalah komitmen perusahaan terhadap konsep Environment, Social, and Governance (ESG).
"Indonesia punya banyak sekali nikel, kita ingin menunjukkan bahwa kita ingin menjadi yang paling kompetitif, tetapi juga yang reputasinya paling bagus. Sehingga kalau orang butuh nikel, yang pertama akan cari Indonesia. Itu mesti robust sekali dan mesti konsisten," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Kemudian adalah faktor kinerja keuangan perusahaan. Febriany menilai, semakin perusahaan tidak bergantung pada pinjaman atau tingkat leverage sangat rendah bahkan nihil, maka fluktuasi harga nikel tidak akan menjadi masalah besar.
Febriany menyebutkan, Vale Indonesia memiliki neraca keuangan (balance sheet) yang sangat konservatif, sebab perusahaan hingga kini belum mengambil pinjaman atau utang sama sekali.
Alasannya, kata dia, yaitu perusahaan ingin keuangan internal tetap terjaga untuk mendukung proyek besar yang akan mencapai puncaknya pada tahun 2026.
"Kita akan coba jaga, seminimal mungkin kita pinjam uang, tapi kalau harus pinjam, kita pinjam. Sampai sekarang kita belum melihat itu ya masih bisa kita progres sendiri," ungkap Febriany.
Alasan kedua perusahaan meminimalisasi pinjaman adalah untuk menghindari dampak volatilitas harga nikel terhadap bottom line perusahaan.
ADVERTISEMENT
"Harga itu dampaknya luar biasa ke bottom line. Jadi kita perlu balance sheet yang konservatif untuk menjaga itu, bayangkan kalau seandainya balance sheet kita highly leverage, harga lagi kayak gini, pasti khawatir," kata Febriany.
Dengan demikian, dia memastikan perusahaan masih mengutamakan pendanaan internal untuk investasi, di sisi lain tetap menjaga reputasi dan melakukan efisiensi belanja modal agar lebih siap menghadapi anjloknya harga nikel.
"Kita ada kapasitas dan kedua untuk menjaga volatility dari harga, kalau pas drop kita lebih siap. Jadi menurut kita efisiensi sangat penting karena itu bisa kita ukur, dan kedua reputasi dan sustainability juga sangat penting," pungkas Febriany.