Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
ADVERTISEMENT
Kemasan saset merupakan salah satu limbah plastik yang paling sulit untuk didaur ulang. Sebab, kemasan saset terdiri dari beberapa lapisan plastik.
ADVERTISEMENT
Head of Corporate Communications PT Unilever Indonesia, Maria Dewantini Dwianto, mengatakan bahwa pihaknya masih memproduksi kemasan saset karena mempertimbangkan daya beli masyarakat Indonesia.
"Masih banyak masyarakat yang beli produk Unilever itu saset, enggak botol yang besar," katanya saat ditemui di Lapangan Banteng, Jakarta, Minggu (26/4).
Untuk menekan sampah plastik yang mencemari lingkungan, Unilever berupaya meningkatkan daur ulang kemasan saset. Residu film (lapisan plastik) kemasan saset dapat digunakan kembali untuk berbagai keperluan.
Dengan demikian akan tercipta pendekatan ekonomi yang sirkular, yakni limbah plastik akan menjadi bahan baku plastik lagi, alih-alih akan berakhir di tempat pembuangan atau di lingkungan.
Salah satu teknologi yang digunakan dalam pengolahan sampah kemasan saset ini adalah CreaSolv Technology. Teknologi ini dikembangkan Unilever bersama Fraunhofer Institute for Process Engineering and Packaging IW asal Jerman sejak 10 tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
"Kami menggelontorkan sekitar 10 juta Euro dan ini merupakan satu-satunya teknologi pengolahan sampah saset di dunia. Karena memang mendaur ulang kemasan saset itu sulit," lanjut Maria.
Saat ini, Unilever masih menjalankan pilot project dengan teknologi tersebut di Sidoarjo. Lewat pengolahan sampah ini, Unilever menargetkan mampu meningkatkan bahan daur ulang dalam kemasan saset hingga 30 persen.