Kurs Lampaui Rp 16.000, Stimulus hingga Penurunan Suku Bunga Dinilai Tak Ampuh

20 Maret 2020 11:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karyawan menunjukkan uang rupiah dan dolar AS. Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
zoom-in-whitePerbesar
Karyawan menunjukkan uang rupiah dan dolar AS. Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini terus merosot. Analis menilai, pelemahan kurs saat ini karena investor semakin panik dengan situasi pandemi virus corona.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Financial Times, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini mencapai Rp 16.040 per USD, melemah 0,88 persen dari sebelumnya.
Direktur Utama PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menjelaskan, pelemahan kali ini bukan karena fundamental ekonomi domestik yang melemah. Namun lebih disebabkan oleh kepanikan investor terhadap penanganan COVID-19.
"Sekarang ini bukan karena faktor fundamental, tapi kepanikan di pasar, semua negara mengalami hal yang sama," ujar Ibrahim saat dihubungi kumparan, Jumat (20/3).
Menurut dia, saat ini stimulus maupun penurunan suku bunga yang dilakukan bank sentral global dinilai sia-sia, termasuk di Indonesia. Ibrahim menilai, saat ini investor lebih butuh penanganan atau stimulus di bidang kesehatan dibandingkan perekonomian.
ADVERTISEMENT
"Kita lihat The Fed sudah nurunin dua kali suku bunga, tapi ini enggak berdampak sama sekali. Eropa juga demikian. Apa pun yang dilakukan pemerintah dan bank sentral, stimulus perekonomian ini sia-sia, enggak ampuh. Pasar ingin cash, kesehatan dahulukan," jelasnya.
Tak hanya itu, saat ini komunikasi pemerintah pusat dan daerah dinilai harus kembali dikoordinasikan. Hal ini agar investor mendapat informasi secara utuh dan seirama.
"Kematian virus corona di pemerintah pusat dan Pemda ini berbeda. Belum lagi yang positif terus meningkat, yang sembuh stagnan, rumah sakit belum mampu menangani epidemi virus tersebut," katanya.
Untuk itu, Ibrahim berharap, pemerintah bisa cepat mengeluarkan stimulus di bidang kesehatan. Mulai masuknya alat test virus corona dari China pun dinilai akan membawa angin segar terhadap rupiah.
Karyawan menghitung uang dolar AS. Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
"Saat ini yang dibutuhkan adalah stimulus di bidang kesehatan. Tapi mudah-mudahan, alat tes yang dari China itu bisa masuk dengan segera, bisa bawa sentimen positif ke pasar," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Pemerintah hingga saat ini telah menggelontorkan anggaran untuk stimulus I dan II mencapai lebih dari Rp 33 triliun. Tak hanya itu, APBN dan APBD juga diarahkan untuk penanganan COVID-19, dengan total anggaran Rp 27 triliun.
Dari sisi moneter, Bank Indonesia (BI) juga sudah menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 4,5 persen, dari sebelumnya 4,75 persen. Penurunan ini diharapkan menjadi stimulus untuk mendorong perekonomian domestik dan kembali mendatangkan investasi.