Laba BTN Syariah Melonjak 32 Persen, Tembus Rp 370 Miliar di Semester I 2024

26 Juli 2024 10:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (BTN) Nixon LP Napitupulu saat Paparan Kinerja Kuartal I 2024, Kamis (25/4/2024). Foto:  Fariza/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (BTN) Nixon LP Napitupulu saat Paparan Kinerja Kuartal I 2024, Kamis (25/4/2024). Foto: Fariza/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Unit usaha syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) atau BTN Syariah kembali mencetak lonjakan laba bersih di semester I 2024. Hal itu dipengaruhi oleh penjualan produk KPR perusahaan.
ADVERTISEMENT
BTN Syariah meraup laba bersih Rp 370 miliar per Juni 2024, tumbuh 32 persen secara tahunan. Berkat pertumbuhan tersebut, kontribusi laba dari unit syariah terhadap total laba BTN juga meningkat dari 19 persen menjadi 25 persen.
Secara umum, perolehan laba bersih BTN Syariah ditopang ekspansi pembiayaan yang berkelanjutan. Sampai dengan Juni 2024, outstanding pembiayaan BTN Syariah mencapai Rp 41 triliun, naik 22 persen dibandingkan posisi Juni 2023. Sejak 2021, pembiayaan BTN Syariah mencatat tren pertumbuhan berkelanjutan dengan rata-rata pertumbuhan di atas 12 persen.
“Skema KPR syariah semakin diminati karena menjanjikan angsuran tetap. Skema ini sangat relevan di tengah ketidakpastian ekonomi dan fluktuasi suku bunga. Nasabah yang mengandalkan gaji bulanan untuk angsuran KPR tentu merasa lebih nyaman dengan skema ini. Potensi bisnis KPR syariah sangat menjanjikan karena produknya relevan dengan kebutuhan nasabah,” kata Direktur Utama BTN Nixon L.P Napitupulu dikutip, Jumat (26/7).
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Nixon Napitupulu. Foto: Dok. Istimewa
Nixon menjelaskan ekspansi pembiayaan syariah tetap diarahkan pada sektor perumahan dan pembiayaan consumer. Portofolio  pembiayaan BTN Syariah berasal dari pembiayaan perumahan sebesar  98,3 persen sedangkan sisanya berasal dari pembiayaan consumer.
ADVERTISEMENT
"BTN Syariah akan tetap fokus di pembiayaan perumahan yang telah menjadi core sector. Terlebih preferensi masyarakat terhadap produk syariah tetap tinggi sehingga ruang pertumbuhannya masih sangat besar," jelas Nixon.
Secara umum, pertumbuhan pembiayaan BTN Syariah ditopang oleh segmen pembiayaan perumahan subsidi yang berkontribusi 63 persen terhadap total portofolio pembiayaan. Portofolio pembiayaan yang juga signifikan berasal dari pembiayaan perumahan non-subsidi yang berkontribusi 31 persen.
Untuk diketahui, di segmen subsidi, BTN Syariah merupakan bank penyalur kedua setelah BTN konvensional dengan pangsa pasar 21 persen. Menurut data BP Tapera, per 23 Juli 2024 BTN Syariah telah menyalurkan pembiayaan untuk 20.773 unit dengan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
Seorang bocah bermain sepeda di kawasan perumahan subsidi pemerintah di Perumahan Sasak Panjang 2, Tajur Halang, Bogor, Jawa Barat, Rabu (17/2/2021). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
Meski tumbuh agresif, kualitas pembiayaan terus mengalami perbaikan. Rasio Non Performing Financing turun dari 3,3 persen di Juni 2023 menjadi 2,8 persen di Juni 2024. Berkat penurunan NPF, BTN mengalokasikan pencadangan yang lebih sedikit di mana NPF coverage turun dari 158 persen menjadi 125 persen.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, sejalan dengan ekspansi pembiayaan, aset BTN Syariah mencapai Rp56 triliun. Hal itu membuat BTN Syariah perlu memisahkan diri dari induk sesuai dengan ketentuan POJK POJK 12 Tahun 2023 tentang Unit Usaha Syariah yang mewajibkan pemisahan atau spin off saat aset telah menyentuh Rp 50 triliun.
Nixon mengatakan BTN tengah mempersiapkan proses spin off dan diharapkan dapat tuntas pada semester pertama 2025. BTN telah menyiapkan dana Rp1,5 triliun hingga Rp 6 triliun untuk permodalan BTN Syariah sehingga tetap bertahan di Kelompok Bank Modal Inti II.
"Kinerja organik BTN Syariah sejauh ini menunjukkan tren yang sangat positif. Namun kami juga masih membuka peluang dan mempelajari situasi di market untuk pertumbuhan anorganik di masa mendatang," ujarnya.
ADVERTISEMENT