Laba Garuda Indonesia Diproyeksi Tembus Rp 9,1 T di Tahun Ini

5 April 2024 13:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesawat Garuda Indonesia. Foto: KeleX Pictures/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat Garuda Indonesia. Foto: KeleX Pictures/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kinerja PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) diproyeksi kembali cerah di tahun ini. Hal tersebut sejalan dengan mulai membaiknya sektor penerbangan dan pariwisata.
ADVERTISEMENT
Analis Kiwoom Sekuritas, Vicky Rosalinda, mengatakan Garuda Indonesia sudah on the track untuk meraih profitabilitas. Pada 2024, keuntungan atau laba Garuda Indonesia diprediksi USD 580 juta atau sekitar Rp 9,1 triliun (kurs Rp 15.848 per dolar AS) di tahun ini.
Sepanjang 2023, Garuda Indonesia mencatat laba tahun berjalan sebesar USD 251,99 juta atau setara Rp 4,01 triliun (kurs Rp 15.914 per dolar AS). Kenaikan laba didorong oleh pendapatan yang juga meningkat 40 persen (yoy) menjadi USD 2,94 miliar dari tahun sebelumnya USD 2,1 miliar
“Pendapatan diperkirakan ikut naik hingga 40 persen menjadi USD 4,2 miliar dari. Kami merekomendasikan pemodal untuk untuk wait and see saham Garuda," ujar Vicky dalam laporannya, Jumat (5/4).
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, dia menegaskan, momentum Lebaran diharapkan mampu meningkatkan pendapatan Garuda. Hal ini juga dimanfaatkan perseroan dengan menyiapkan kursi tambahan dan juga diskon selama libur lebaran.
"Perseroan juga mencatatkan perbaikan operasional bisa membantu menghasilkan keuntungan, meski dinilai tidak signifikan," ungkap Vicky.
“Saya kira Garuda bakal memaksimalkan semua potensinya untuk memacu pendapatan tahun ini,” kata Vicky.
Analis Sinar Mas Sekuritas, Isfhan Helmy, mengatakan bahwa maskapai penerbangan pelat merah itu telah berhasil menambah efisiensi yang tercermin pada penurunan biaya non bahan bakar di tahun lalu.
Garuda Indonesia menekan biaya umum dan administrasi (G&A) hingga 25 persen selama 2023 menjadi USD 177 juta, sementara biaya pemeliharaan juga turun sebesar 5 persen menjadi USD 387 juta pada tahun 2023. Adapun penurunan terbesar dalam G&A adalah biaya layanan profesional yang turun 86 persen menjadi USD 15 juta pada tahun 2023.
ADVERTISEMENT
“EBITDA melampaui ekspektasi kami pada run-rate 105 persen, yaitu sebesar USD 310 juta, dibandingkan ekspektasi kami sebesar USD 295 juta. Meskipun total pendapatan sedikit lebih rendah dari ekspektasi kami yaitu sebesar 98 persen atau sebesar USD 2,9 miliar, penghematan besar terjadi pada biaya non-bahan bakar yang turun sebesar 5 persen yoy dan hanya mencapai 93 persen dari ekspektasi kami,” ucapnya.
Di sisi lain, skema sewa pesawat yang dijalankan pasca pandemi juga menguntungkan karena pembiayaan pesawat dihitung berdasarkan jam terbang. “Hal ini tentu sangat menguntungkan Garuda Indonesia, karena EBIT FY23-nya sebesar USD 310 juta, lima kali lipat dibandingkan EBIT tahun 2019 yang hanya sebesar USD 63 juta. Hal ini dicapai secara luar biasa dengan hanya separuh dari jumlah armada sebelum pandemi,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Isfhan menambahkan, peningkatan angka keuangan Garuda Indonesia tahun ini akan membawa katalis baru. “Dengan kelipatan EV/EBITDAR saat ini sebesar 1,3x. Angka ini jauh di bawah maskapai sejenis di kawasan dengan layanan lengkap seperti Singapore Airlines yang saat ini beroperasi mendekati 2,5x EV/EBITDAR,” pungkasnya.
Selama 2023, Garuda Indonesia secara konsolidasi mencetak pertumbuhan pendapatan 40 persen menjadi USD 2,94 miliar dari tahun sebelumnya USD 2,1 miliar. Hal ini menjadi salah satu indikator bahwa langkah penyehatan kinerja usaha Garuda terus berjalan di dalam jalur (on the track).
Garuda berhasil membukukan laba tahun berjalan sebesar USD 251,99 juta di tahun lalu. Dari sisi neraca, liabilitas jangka pendek Garuda turun 31 persen dari tahun 2022 sebesar USD 1,7 miliar menjadi USD 1,2 miliar.
ADVERTISEMENT
Dari sisi kinerja operasional, Garuda Indonesia Group membukukan pertumbuhan jumlah penumpang hingga 34 persen menjadi 19,9 juta, dibandingkan 2022 sebanyak 14,8 juta. Rinciannya, Garuda Indonesia mengangkut sebanyak 8.291.094 penumpang dan Citilink sebanyak 11.678.930 penumpang.