Labi Mopok, Local Hero Penghasil Madu Hutan Kokolomboi Tanpa Merusak Alam

7 November 2023 20:30 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Labi Mopok, petani madu sekaligus perawat Hutan Taman Kehati Kokolomboi, Desa Leme-Leme, Banggai Kepulauan, Kamis (2/11/2023).  Foto: Ema Fitriyani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Labi Mopok, petani madu sekaligus perawat Hutan Taman Kehati Kokolomboi, Desa Leme-Leme, Banggai Kepulauan, Kamis (2/11/2023). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Badannya tinggi tegap, kulit hitam manis khas masyarakat timur. Berpakaian serba hijau tua, Labi Mopok menggendong tas besar yang selalu dibawa ke mana-mana bersama golok di pinggangnya. Rupanya berisi madu.
ADVERTISEMENT
Di tas besar itu, ada tulisan ‘DAHAN BATU’. Dua kata yang merepresentasikan madu yang dia produksi di dekat rumahnya di Dusun Kokolomboi, Desa Leme-Leme Darat, Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah.
Lelaki berusia kepala empat ini merupakan salah satu dari sejumlah warga Adat Togong-Tanga, suku asli Sea-Sea, yang memproduksi madu langsung dari hutan. Dua madu andalannya adalah Madu Batu dan Madu Dahan. Madu dari dusun terpencil dan tertinggal.
Jarak Desa Leme-Leme Darat dari pusat Pemerintahan Desa sekitar 4 km, 120 km dari pusat Kabupaten Banggai Kepulauan, dan berjarak 674 km dari pusat pemerintahan Provinsi Sulawesi Tengah.
Tarian ada Kokolomboi Adat Togong-Tanga di Kokolomboi, Desa Leme-Leme, Banggai Kepulauan, Kamis (2/11/2023). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Secara geografis, Desa Leme-leme Darat berada di Pulau Peleng bagian barat yang berada 2 meter di atas permukaan laut. Dusun yang ditinggal Labi berada di ketinggian 600 meter di atas permukaan laut yaitu Dusun Kokolomboi. Desa ini memiliki luas keseluruhan 600 hektar dengan luas pemukiman 8,5 hektar.
ADVERTISEMENT
Saat kumparan datang ke sana, Kamis (2/11), rombongan harus melewati jalan berbatu dan terjal dari pinggir gapura hingga depan desa. Mobil yang menembus jalan ini pun harus mobil pikap double cabin 4x4 yang biasa dipakai untuk off road.
Sesampainya di sana, kami disambut dengan tarian adat Kokolomboi. Labi tampak dalam barisan warga yang menyambut.
“2013 sepulang saya kerja, saya lihat seorang ibu yang berjualan madu, baru satu minggu baru terjual satu. Harganya Rp 30 ribu dan uangnya sudah habis untuk makan di situ seminggu,” kata Labi mengawali cerita.
Madu hutan hasil produksi Labi Mopok di Hutan Taman Kehati, Kokolomboi, Desa Leme-Leme, Banggai Kepulauan, Kamis (2/11/2023). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Merasa iba, Labi membeli madu itu dan mengerti kenapa tak laku-laku. Rupanya, madu yang dibelinya masih kasar, banyak berisi potongan sarang lebah karena tidak disaring.
ADVERTISEMENT
Labi menyaring madu itu dan menjualnya lagi. Setelah dijajarkan ke delapan toko, madunya laku. Dari situlah awal mula dia melihat ada ceruk bisnis ini.
Laki-laki yang hanya lulusan paket C ini akhirnya memberanikan diri membeli madu dari petani. Laku, tapi untungnya kecil. Karena itu, dia coba membudidayakan madu secara mandiri, langsung dari Taman Kehati Kokolomboi, hutan konservasi yang ada di dusunnya.
Fokus pada budidaya madu, Labi pun memilih resign dari pekerjaannya. Tapi jualan madu dengan produksi ternyata tak mudah. Madu yang dihasilkan tidak banyak, itu pun harus merusak pohon, tempat sarang lebah jika dipanen.
Akhirnya, Labi cari cara. Bermodalkan YouTube, dia mencari tahu cara budidaya madu di hutan tanpa merusak lingkungan. Di sinilah awal mula muncul madu dahan dan madu batu. Sesuai namanya, madu yang dihasilkan dari dahan pohon dan batu atau keramik yang dimodifikasi.
Local Hero Kokolomboi sekaligus petani madu Labi Mopok bersama Field Manager PT Pertamina EP Donggi Matindok Field (PEP DMF) Ridwan Kiay Demak di belakang sarang lebah madu batu, Hutan Taman Kehati,Kokolomboi, Desa Leme-Leme, Banggai Kepulauan, Kamis Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Dalam proses pembuatan madu batu, Labi menggunakan batang pohon palem yang dipotong, lalu diletakkan di tanah dalam hutan. Biasanya dekat pohon-pohon yang memiliki buah dan berbunga agar lebah mau datang.
ADVERTISEMENT
Batang palem yang sudah bolong atasnya, dia tutup oleh batu keramik. Juga diberi lubang kecil di bagian bawah sebagai pintu masuk lebah. Di dalam batang palem, diberi sedikit sarang lebah sebelumnya sebagai pemantik agar lebah baru mau masuk.
“Kalau sudah begitu, tinggal ditunggu saja sampai waktu panen,” katanya.
Setahun, mereka bisa panen tiga kali dari Desember-Maret, Februari-April, dan Juni-Juli. Dengan metode ini, dalam satu sarang bisa menghasilkan lima liter.
Local Hero Kokolomboi sekaligus petani madu Labi Mopok, para petani madu, dan Field Manager PT Pertamina EP Donggi Matindok Field (PEP DMF) Ridwan Kiay Demak di belakang sarang lebah madu batu, Hutan Taman Kehati, Kokolomboi, Desa Leme-Leme, Banggai. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Pola yang sama juga dilakukan pada madu dahan. Labi akan mencari dahan untuk menjebak lebah hutan bersarang. Tapi tidak perlu menebang pohon setelah dipanen. Hasil produksinya pun banyak, 1 sarang bisa hasilkan 10 liter.
“Sejak melakoni madu ini, total sudah menghasilkan 2.000 liter madu batu dan 2.500 liter madu dahan. Itu dalam satu tahun saja dan sudah kami jual ke Sulawesi hingga Papua,” katanya.
ADVERTISEMENT

Pertamina Bantu Pengadaan Mesin dan Pemasaran

ADVERTISEMENT
Melihat besarnya kepedulian Labi membudidayakan madu hutan dengan ramah lingkungan, membuat PT Pertamina EP Donggi Matindok Field (PEP DMF) ikut terlibat. Operator minyak dan gas bumi yang berlokasi di Banggai ini memberikan mesin penyaring madu dan pemasaran produk Labi ke berbagai daerah.
“Program ini tidak hanya menghasilkan perbaikan ekonomi yang menjadikan masyarakat lebih mandiri dan berdaya, namun yang terpenting adalah  transformasi perilaku kelompok binaan menjadi pejuang lingkungan,” kata Field Manager PEP DMF Ridwan Kiay Demak di lokasi.
Local Hero Kokolomboi sekaligus petani madu Labi Mopok di belakang sarang lebah madu batu, Hutan Taman Kehati, Kokolomboi, Desa Leme-Leme, Banggai Kepulauan, Kamis (2/11/2023). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Budidaya lebah madu menjadi salah satu upaya rehabilitasi kawasan hutan mengingat peran lebah sebagai pollinator yang membantu penyerbukan tanaman di sekitar kawasan. Selain itu, budidaya lebah madu ini juga menjadi mata pencaharian masyarakat dari yang sebelumnya menjual kayu hasil hutan dan berburu satwa. Petani madu yang terlibat di dalam kawasan taman Kehati Kokolomboi mencapai 10 orang dengan kemampuan panen sebesar 800 – 1200 liter/ tahun.
ADVERTISEMENT
Labi mengatakan, kelompok tani madu Kokolomboi turut melibatkan petani madu diluar Kawasan untuk memenuhi permintaan pasar, hingga saat ini sebanyak 245 anggota telah terafiliasi dengan kemampuan produksi sebesar 8.400 liter/ tahunnya.
Jika sebelumya sumber pendapatan utama Masyarakat berasal dari hasil pertanian (kacang dan ubi), berkat adanya program pengembangan masyarakat yang dijalankan oleh Perusahaan dan Pemerintah Daerah ini, kini masyarakat memiliki diversifikasi sumber pendapatan berupa budidaya lebah madu dan jasa wisata.
“Hal ini dapat mengurangi ketergantungan pada sumber daya tunggal dan membuat mereka lebih tangguh terhadap perubahan ekonomi atau alam yang tak terduga,” kata Labi.
Karena perannya, Labi menjadi local hero dalam program Pertamina yang sudah dimulai sejak 2020 lalu.
Taman Kehati Kokolomboi di Desa Leme-Leme, Banggai Kepulauan, Kamis (2/11/2023). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Terpisah, GM Zona 13 Pertamina Hulu Energi, Subholding Upstream Pertamina, Benny Sidik, mengatakan program ini merupakan inisiatif keberlanjutan perusahaan di bidang lingkungan, yang merupakan komitmen kami dalam mendukung kinerja Environmental, Social & Governance dalam melaksanakan operasi produksi hulu migas.
ADVERTISEMENT
Melalui program ini, PHE juga mendukung agenda internasional Sustainable Development Goals khususnya tujuan ke 8 Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, tujuan 10 berkurangnya kesenjangan, tujuan 13 Penanganan Perubahan Iklim, dan tujuan 15 Ekosistem Daratan.
“Kami sangat memahami pentingnya peranan hutan sebagai upaya memerangi perubahan iklim dan mitigasi dampak bencana alam. Menurut kami, masyarakat adat dan masyarakat lokal adalah aktor utama dalam upaya konservasi hutan di lokasi mereka hidup,” terangnya.