Lahan dan Jumlah Kerang Jadi Masalah Utama Produksi Mutiara RI

5 Juli 2018 16:57 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kerang mutiara (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kerang mutiara (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Di balik kemilaunya sebutir mutiara, siapa menyangka ternyata salah satu potensi biota laut Nusantara ini justru sangat sulit didapatkan. Selain lamanya waktu, produksi mutiara juga menghadapi kendala lahan dan jumlah kerang.
ADVERTISEMENT
Sekjen Asosiasi Budidaya Mutiara Laut Indonesia, Mulyanto, mengatakan bahwa ada dua masalah yang dihadapi oleh para pembudidaya mutiara laut selatan di Indonesia.
Hal pertama adalah ketersediaan lahan budidaya mutiara itu sendiri. Mutiara merupakan perhiasan yang dihasilkan oleh makhluk hidup, yaitu kerang. Sehingga, dalam proses pembudidayaannya pun dibutuhkan kualitas air laut yang bersih dan jauh dari pencemaran.
"Kerang ini bisa hidup dan berkembang di air laut yang bersih dan tidak tercemar polusi. Sementara, laut yang bersih seperti itu hanya ada di pulau-pulau kecil yang sulit dijangkau. Tapi masalahnya, tempat atau lahan untuk proses pembudidayaan itu yang sulit dibangun di pulau-pulau kecil seperti itu," katanya saat ditemui di Grand Indonesia, Kamis (5/7).
ADVERTISEMENT
Selain itu, Mulyanto juga mengatakan bahwa kualitas mutiara laut selatan asal Indonesia masih kalah jauh dibanding mutiara laut selatan yang dihasilkan oleh Australia. Hal ini karena sebagian mutiara asal Indonesia dihasilkan dari rekayasa genetik untuk menghasilkan benih serta induk.
Sementara, hampir semua mutiara yang dihasilkan Australia merupakan proses pembuahan kerang alam yang terjadi secara alamiah di laut. Mulyanto kemudian menjelaskan bahwa perbedaan kedua mutiara tersebut terletak di kekuatan dan ketahanannya. Mutiara laut yang dihasilkan secara alami jauh lebih kuat ketimbang mutiara hasil rekayasa genetik.
"Makanya kita batasi ekspor kerang agar jumlah kerang yang hidup secara bebas di laut kita itu masih terjaga jumlahnya. Melibatkan masyarakat dalam budidaya mutiara juga menjadi salah satu cara yang bisa digunakan guna menghindari terjadinya pencurian kerang di laut oleh masyarakat," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Data dari Direktur Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) mengungkap bahwa potensi lahan budidaya laut yang tersedia mencapai 12,1 juta hekatre. Sementara, yang baru dimanfaatkan hanya berjumlah 325 ribu hektare atau sekitar 2,69% dari potensi yang ada.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Slamet Soebijakto, mengatakan bahwa pemanfaatan potensi lahan ini akan terus dikembangkan dengan melibatkan seluruh masyarakat melalui kemitraan.
"Kami akan terus berupaya untuk memaksimalkan potensi budidaya biota laut, salah satunya mutiara itu dengan menjalin kemitraan dari hulu ke hilir. Selain itu juga, kami akan berikan buku pedoman cara budidaya yang baik khususnya budidaya mutiara. Hingga saat ini, buku pedoman budidaya mutiara laut ini masih belum ada, padahal untuk budidaya jenis biota laut yang lain sudah ada. Terakhir, kami juga akan berupaya untuk mengeluarkan sertifikasi profesi. Banyak pembudidaya mutiara kita itu belum kompeten," tambahnya.
ADVERTISEMENT