Lahan Tak Menciut Usai Dapat IUPK, Ini Strategi Investasi PT Vale Indonesia

10 Juni 2024 20:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Media Briefing RUPST 2023 PT Vale Indonesia Tbk (INCO), Senin (10/6/2024).  Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Media Briefing RUPST 2023 PT Vale Indonesia Tbk (INCO), Senin (10/6/2024). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PT Vale Indonesia Tbk (INCO) bersyukur karena tidak terjadi penciutan lahan atau relinquishment usai menerima perpanjangan izin operasi untuk periode sampai 28 Desember 2035 berbentuk Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).
ADVERTISEMENT
Presiden Direktur Vale Indonesia, Febriany Eddy mengatakan, IUPK yang didapat setelah tambahan divestasi saham 14 persen, memberikan perusahaan kepastian hukum dan kepastian untuk investasi lebih lanjut di Indonesia.
"Syukur Alhamdulillah lahan yang dipercayakan kepada kami juga tetap tidak ada relinquishment, sehingga dengan demikian kami merasa punya tanggung jawab untuk membangun yang terbaik yang bisa kami berikan," ujarnya saat konferensi pers RUPST Vale Indonesia, Senin (10/6).
Febriany mengatakan, setelah mendapatkan IUPK, perusahaan fokus menyelesaikan semua proyek pengembangan yang berada di tiga konsesi perusahaan, yaitu Bahodopi, Pomalaa, dan Sorowako.
Direktur Utama Vale Indonesia Febriany Eddy. Foto: Instagram/@ptvaleindonesia
Adapun Vale Indonesia tengah mengembangkan empat proyek fasilitas pengolahan atau smelter dengan total investasi USD 11,2 miliar hingga tahun 2029.
Proyek pertama adalah investasi tambang dan smelter HPAL di Sorowako, Sulawesi Selatan, dengan investasi sebesar USD 2 miliar yang akan mulai start up di tahun 2027. Proyek ini bermitra dengan perusahaan China, Huayou.
ADVERTISEMENT
Kemudian, investasi tambang nikel dan smelter HPAL di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, dengan investasi sebesar USD 4,6 miliar yang akan start up di akhir tahun 2026. Proyek ini akan bermitra dengan Huayou dan Ford.
Selanjutnya adalah investasi tambang nikel dan smelter RKEF di Bahodopi, Sulawesi Tengah, dengan investasi senilai USD 2,6 miliar dan target start up di tahun 2026. Proyek ini bermitra dengan perusahaan China, Tisco dan Xinhai.
Operations, Process Plant, Nursery PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Foto: Vale Indonesia
"Itu harus selesai dengan aman, tepat waktu, dan tepat budget," tegas Febriany.
Febriany mengatakan, total land bank yang dimiliki Vale Indonesia yaitu 118.000 hektare, di mana 56 ribu hektare merupakan area pertambangan nikel.
"Kita akan akselerasi semua studi dan eksplorasinya, sehingga bisa kita bangun suatu perencanaan yang optimum untuk meningkatkan nilai perusahaan ini," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Dia menuturkan Vale Indonesia akan menjadi perusahaan penyedia solusi baterai berbasis sumber daya alam kelas dunia di Indonesia, setara dengan BHP asal Australia.
"Kita memang rootednya dari mining, dan kita akan lakukan hilirisasi lebih jauh, dan fokus kita nanti adalah untuk sektor baterai," imbuh Febriany.
Febriany memaparkan Vale Indonesia memiliki 5 fokus strategis setelah mendapatkan IUPK yaitu eksplorasi lahan yang masif dan rencana pengembangan jangka panjang untuk seluruh konsesi perusahaan.
Kemudian, penyelesaian proyek-proyek strategis perusahaan di sektor hilirisasi mineral, selanjutnya turut membangun ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di dalam negeri.
Poin keempat yaitu pengembangan operasional Sorowako yang akan menjadi pusat pendanaan dari seluruh proyek perusahaan, dan terakhir mengedepankan standar ESG internasional di seluruh operasional perusahaan.
ADVERTISEMENT