Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Langka di Dunia, Laut RI Punya Logam Tanah Jarang 4,6 Miliar Meter Kubik
18 Desember 2023 13:14 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Kementerian ESDM mencatat setidaknya lautan Indonesia memiliki potensi volume logam tanah jarang (LTJ) alias rare earth element yang saat ini banyak diburu karena perannya yang penting di industri elektronik.
ADVERTISEMENT
Kepala Balai Besar Survei dan Pemetaan Geologi Kelautan (BBSPL) Badan Geologi, Herry Rodiana Eddy, mengatakan pihaknya tengah melakukan survei dan pemetaan, serta pengolahan data geologi kelautan sejak tahun 1985 hingga 2023.
Survei tersebut 30 lokasi dengan 12 komunitas dan 1.820 sampel sedimentasi laut yang menggunakan peralatan geologi. Meski demikian, hasilnya masih 10 persen dari total survei dan belum ditambah hasil survei dari mitra lainnya.
"Volumenya, untuk mineral berat pembawa logam tanah jarang itu diperkirakan ada 4,6 miliar meter kubik, ini dari hasil survei kami, bukan keseluruhan di Indonesia," ungkap Herry dalam keterangannya, dikutip Senin (18/12).
Logam tanah jarang merupakan mineral yang mengandung belasan unsur kimia, dengan sifat magnetik dan konduktif. Karena sifatnya yang mudah mentransmisikan listrik , jenis logam itu banyak digunakan di perangkat elektronik seperti baterai, HP, gadget, speaker, panel surya, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Aplikasi penggunaannya pun sangat luas, mulai dari bidang kesehatan, otomotif, penerbangan, hingga industri pertahanan. Teknologi pengolahan mineral tersebut masih langka dan paling dikuasai China.
Keistimewaan logam ini membuat harganya bisa mencapai USD 6 ribu atau sekitar Rp 90 juta per ton. Selain harganya, ketersediaan logam tanah jarang di dunia disebut langka sehingga kerap disebut sebagai 'harta karun'.
Selain LTJ, hasil survei Badan Geologi juga memuat potensi emas pleser dengan volume 268,4 juta meter kubik, dan pasir timah sebesar 386,4 juta meter kubik yang tertanam di lautan Indonesia.
"Kemudian pasir silika yang saat ini menjadi salah satu pembahasan, termasuk yang kemarin di Pulau Rempang, itu ada 22,8 miliar meter kubik, dan pasir besi ada 30 miliar meter kubik. ini murni hasil survei Badan Geologi," pungkas Herry.
ADVERTISEMENT
Live Update