Laporan Keuangan Dapat Opini Tidak Menyatakan Pendapat, Garuda Buka Suara

19 Juli 2021 15:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Garuda Indonesia luncurkan livery khusus 'Cinta Indonesia' pada HUT ke-72. Foto: Dok. Garuda Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Garuda Indonesia luncurkan livery khusus 'Cinta Indonesia' pada HUT ke-72. Foto: Dok. Garuda Indonesia
ADVERTISEMENT
Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk tercatat babak belur di sepanjang 2020. Sepanjang tahun lalu, Garuda membukukan kerugian sebesar Rp 34,4 triliun serta masih menunggak pembayaran untuk beberapa kewajiban lainnya.
ADVERTISEMENT
Atas kondisi tersebut, Kantor Akuntan Publik Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan yang bertindak sebagai auditor memberikan opini tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan perseroan.
Menyikapi catatan disclaimer tersebut, Garuda Indonesia angkat suara. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyatakan, pada prinsipnya pihaknya menghargai independensi auditor yang mencatatkan keterangan tersebut dalam pembukuan laporan kinerja keuangan sepanjang tahun 2020.
“Catatan disclaimer itu diberikan dengan pertimbangan aspek keberlangsungan usaha yang menjadi perhatian auditor di tengah upaya restrukturisasi yang dijalankan Perusahaan sebagai langkah pemulihan kinerja,” ujar Irfan dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan, Senin (19/7).
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Irfan menjelaskan bahwa kondisi keuangan Garuda saat ini merupakan realitas bisnis yang tidak dapat dihindari di tengah tekanan kinerja usaha. Hal ini tidak terlepas dari kondisi pandemi yang membuat industri penerbangan dunia berada pada level terendah sepanjang sejarah.
ADVERTISEMENT
Lalu lintas penumpang internasional mengalami penurunan drastis lebih dari 60 persen selama tahun 2020. Hal tersebut membawa trafik perjalanan lalu lintas udara internasional kembali ke level trafik tahun 2003. Irfan menyebut kondisi ini sebagai sebuah kemunduran signifikan pada industri penerbangan yang telah berkembang pesat selama 10 tahun terakhir.
Tak pelak kondisi tersebut juga turut tergambar pada kinerja usaha Garuda Indonesia yang saat ini terdampak signifikan pada aspek keberlangsungan usaha. Menurut Irfan saat ini semua pelaku industri penerbangan harus melakukan berbagai langkah fundamental guna mengoptimalkan kinerja usahanya. Misalnya melakukan diversifikasi bisnis baik dalam skala besar maupun kecil agar keberlangsungan usaha tetap terjaga di tengah krisis industri penerbangan dunia saat ini.
Pesawat Garuda Indonesia B737-800 NG dengan desain livery pesawat dengan masker terbaru hasil karya anak negeri bertajuk "Indonesia Pride". Foto: Garuda Indonesia
Di sisi lain, Garuda saat ini juga tengah melakukan beberapa langkah strategis pemulihan kinerja, antara lain melalui konsolidasi operasi guna mendorong efisiensi serta menunjang business continuity perseroan. Di samping itu Garuda juga berkomitmen merampungkan program restrukturisasi secara menyeluruh terhadap kinerja usaha.
ADVERTISEMENT
Restrukturisasi ini akan dilakukan secara bertahap dan terukur dengan mengedepankan komitmen keberlangsungan usaha. “Untuk itu, Garuda Indonesia optimistis dapat semakin agile dan adaptif dalam menjawab tantangan industri penerbangan ke depannya,” tutup Irfan.
Sebelumnya, Kantor Akuntan Publik Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan yang bertindak sebagai auditor laporan keuangan Garuda pun memberikan opini tidak menyatakan pendapat. Auditor menyatakan bahwa mereka tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyediakan suatu basis bagi opini audit.
Kondisi yang dihadapi Garuda saat ini dinilai menunjukkan adanya ketidakpastian material yang dapat menimbulkan keraguan signifikan tentang kemampuan Garuda Indonesia untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.
“Karena signifikansi tersebut kami tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyediakan suatu basis bagi opini audit. Oleh karena itu, kami tidak menyatakan suatu opini atas laporan keuangan konsolidasian PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan entitas anaknya tanggal 31 Desember 2020 dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut terlampir,” tulis auditor.
ADVERTISEMENT