Lebaran Tiba, Begini Cara Kelola THR Biar Tak Boncos

31 Maret 2025 8:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi THR Foto: Thinkstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi THR Foto: Thinkstock
ADVERTISEMENT
Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran yang dinanti umat muslim akhirnya tiba hari ini, Senin (31/3). Selain momentum silaturahmi dengan keluarga, pembagian Tunjangan Hari Raya (THR) juga paling dinanti.
ADVERTISEMENT
Bagi Anda yang telah bekerja, pemberian THR dari perusahaan dilakukan paling lambat sepekan sebelum Lebaran. Besarnya THR yang diberikan setara dengan satu bulan gaji bagi pekerja dengan masa kerja lebih dari satu tahun, sedangkan bagi yang belum genap setahun, THR diberikan secara proporsional.
Penggunaan uang THR sering kali meningkat drastis karena berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi. Lantas, bagaimana cara mengelola THR agar tidak cepat habis?
Perencana Keuangan, Annisa Sagita, menekankan bahwa THR merupakan pemasukan tambahan di luar gaji bulanan, sehingga penggunaannya perlu diatur dengan bijak.
“Sesuai namanya, THR itu keperluannya untuk menunjang kebutuhan hari raya. Karena yang namanya hari raya pasti kebutuhan jadi membludak. Makanya ada THR,” kata Annisa kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, THR sebaiknya dialokasikan untuk keperluan yang berkaitan langsung dengan perayaan hari raya, bukan untuk pengeluaran sekunder. Menurut Annisa, ada beberapa pos pengeluaran yang bisa diprioritaskan dalam penggunaan THR.
“Seperti zakat, biaya makan selama puasa dan lebaran termasuk jika saat lebaran masak banyak untuk tamu. Harga-harga (bahan pangan) pasti naik,” ujarnya.
Selain itu, sebagian THR juga perlu dialokasikan untuk memberi tunjangan kepada pekerja rumah tangga, seperti asisten rumah tangga atau petugas keamanan di lingkungan tempat tinggal. Biaya untuk mudik dan kebutuhan terkait perjalanan juga harus diperhitungkan dalam pengelolaan THR.
Jika semua kebutuhan utama telah terpenuhi, Annisa menyarankan agar THR dapat digunakan untuk keperluan sekunder, misalnya membeli baju baru untuk anak-anak atau keluarga.
ADVERTISEMENT
“Kalau masih ada sisa, walaupun umumnya sih enggak, baru bisa dipakai untuk bayar utang, nabung, investasi atau hiburan lainnya,” ujarnya.