Lembaga Riset Khawatir Kebijakan Trump Berimbas ke Industri Migas RI

17 Desember 2024 20:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kilang minyak di tengah laut. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kilang minyak di tengah laut. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Country Head Indonesia Rystad Energy, Sofwan Hadi, mengkhawatirkan kebijakan Minyak dan Gas (Migas) era Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump nanti bisa berdampak ke industri Migas Tanah Air.
ADVERTISEMENT
Sofwan mengatakan, di tahun 2025 Indonesia mesti cermat buntut kebijakan Donald Trump yang digadang-gadang bakal berorientasi meningkatkan jumlah pasokan minyak dan gas.
Pasalnya, menurut dia, jika AS memproduksi minyak dalam jumlah banyak di luar kebutuhannya, maka sisa minyak tersebut akan dijual ke negara lain dengan harga yang murah.
“Yang perlu kita fokuskan itu dampaknya sebetulnya, dampaknya kalau mereka punya produksi minyak dalam jumlah banyak di luar kebutuhan mereka, tentunya akan dijual ke luar dengan harga yang murah,” ucap Sofwan kepada wartawan di acara Media Briefing, Jakarta, Selasa (17/12).
Dia menilai, sebagai bangsa yang sedang mengembangkan sektor minyak dan gas, Indonesia harus dapat merencanakan hal strategis untuk mengatasi kebijakan AS nantinya itu. Menurutnya, pasokan minyak yang tersisa di RI nanti bisa dimanfaatkan dengan cara menyimpannya.
ADVERTISEMENT
“Nah kita sebagai bangsa bahwa mungkin merencanakan untuk sisanya disimpan sendiri atau bagaimana itu. Tapi kita saat ini masih lihat supply, demand, and balance, kita lihat nanti di 2025 seberapa drastis supportnya Trump ke industri Migas di Amerika ya,” jelas dia.
“Yang kita khawatirkan kalau malah demand-nya turun produksi naik artinya harga menurun, apalagi kita mau developt deep water kan yang itu tentu nggak murah,” lanjutnya.
Analis E&P Research Rystad Energy, Stephen Salomo menjelaskan, setiap presiden di AS memiliki prioritas dan kepentingannya masing-masing di sektor migas.
Tetapi, katanya, dilihat dari tahun 2017-2021 di periode pertama pemerintahan Presiden Donald Trump, gas growth di masanya menjadi yang tertinggi di AS. Sedikit berkurang di masa pemerintahan Presiden Joe Biden.
ADVERTISEMENT
“Kalau kita bicara presiden terpilih Donald Trump ya, pastinya kan setiap presiden AS punya gas load-nya masing-masing ya entah itu dari (partai) Republik atau Demokrat, dan kalo dilihat dari sejarah dari tahun 2017-2021 itu Trump gas growth di Amerika itu tertinggi, dan sedikit berkurang di saat (presiden) Biden,” kata Stephen di acara Media Briefing, Jakarta, Selasa (17/12).
Stephen menyoroti slogan Trump pada saat debat presiden di Pemilihan Presiden AS Tahun 2024 lalu. Menurutnya, slogan ‘Drill, baby, drill’ bakal jadi momentum yang baik untuk Indonesia menyusun strategi dan menjaga momentum ini.
“Kalo dilihat dari debat kemarin, slogan dia (Trump) itu ‘Drill, Baby, Drill’, artinya kita sebagai negara yang sama-sama punya perhatian di Migas saya pikir kita mesti carry dengan momentum itu,” imbuh Stephen.
ADVERTISEMENT