Lesunya Daya Beli Masyarakat Jelang Libur Panjang Idul Fitri 2025

30 Maret 2025 6:45 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemudik beristirahat sambil menyantap hidangan yang ada di warung musiman pinggir jalan di kawasan Karawang, Jawa Barat, Sabtu (29/3/2025). 
 Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pemudik beristirahat sambil menyantap hidangan yang ada di warung musiman pinggir jalan di kawasan Karawang, Jawa Barat, Sabtu (29/3/2025). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Fenomena lesunya daya beli menghantui Indonesia menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri 1446 H/2025. Masyarakat mengetatkan pengeluarannya karena berbagai alasan.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Bloomberg, Minggu (30/3), ambruknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi salah satu biang kerok masyarakat kurang percaya diri terhadap perekonomian nasional.
Pekerja lepas sekaligus investor ritel di kota Yogyakarta, Jawa Tengah, Benedicta Alvinta, mengatakan anjloknya pasar saham merugikan portofolio investasinya.
Dalam jangka panjang, dia akan lebih berhati-hati dalam menyimpan pundi-pundi uangnya.
Hal ini yang juga membuat dirinya menahan diri untuk tidak mengeluarkan uang, termasuk menunda rencana merenovasi rumahnya dan mengganti perabotan.
"Saya masih yakin indeks saham akan pulih, tetapi dalam jangka panjang, seperti banyak orang, saya kurang yakin dengan prospek ekonomi sehingga saya lebih berhati-hati dalam berinvestasi," katanya.
Suasana di Stasiun Surabaya Gubeng, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (26/3/2025). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
Puluhan juta warga Indonesia diperkirakan akan mudik tahun ini untuk merayakan hari raya Idul Fitri. Pemangkasan anggaran ikut mempengaruhi pergerakan ekonomi menjelang lebaran tahun ini.
ADVERTISEMENT
IHSG yang baru-baru ini membukukan penurunan perdagangan terbesar dalam lebih dari satu dekade, merupakan salah satu yang pasar berkinerja terburuk di dunia tahun ini.
Sementara pada 25 Maret lalu, nilai tukar Rupiah merosot ke level terlemah sejak krisis keuangan Asia pada akhir tahun 1990-an.
Meski begitu, kinerja IHSG terlihat membaik pekan ini, sebab pengumuman pembayaran dividen dari emiten bank BUMN setidaknya memberi angin segar bagi lebih dari 15 juta investor ritel Indonesia.
Di saat dompet menipis dan berita ekonomi suram, kegiatan mudik pun tidak sepadat biasanya. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memperkirakan sekitar 146 juta orang akan mudik tahun ini atau turun lebih dari 45 juta dari tahun lalu.
Faktor-faktor yang membebani rumah tangga dalam beberapa bulan terakhir berkisar dari Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di industri tekstil besar di negara ini hingga harga nikel yang lemah dan penurunan nilai tukar Rupiah.
ADVERTISEMENT
Kepercayaan Konsumen Turun
Sayur-sayur yang dijual di Pasar Tradisional Pondok Ranji, Tangerang Selatan, Sabtu (15/3/2025). Foto: Najma Ramadhanya/kumparan
Lesunya daya beli masyarakat juga ditunjukkan dari perkiraan Bank Indonesia (BI) terhadap penjualan eceran akan turun pada Februari ini, menandai kontraksi pertama sejak April tahun lalu, serta impor barang konsumsi menyusut 20 persen dalam dua bulan pertama tahun ini.
Ketua Asosiasi Pedagang Eceran Indonesia, Solihin, mengatakan konsumen semakin beralih ke produk yang lebih murah, termasuk barang konsumsi yang cepat laku, yang mencerminkan penurunan daya beli.
“Berbagai langkah stimulus pemerintah telah membantu mendukung daya beli, tetapi tampaknya tidak cukup signifikan,” ujar Solihin.
Pengusaha katering Dapur Makaro di Jakarta Selatan, Disfiyant Glienmourinsie mengeluhkan penurunan pelanggan yang signifikan pada Idul Fitri kali ini. Dia memprediksi masyarakat akan menekan pengeluaran di tahun ini.
ADVERTISEMENT
“Saat ini sedang musim perayaan Idul Fitri, tetapi saya benar-benar melihat perbedaannya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Permintaan turun setidaknya 25 persen dari tahun lalu," tuturnya.
Kondisi ini juga diperparah dengan kenaikan bahan baku. Glienmourinsie mengatakan, harga salmon untuk salah satu hidangan paling populernya telah naik sekitar 15 persen bulan ini saja.
Calon penumpang antre untuk lapor diri di terminal 2 E Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (28/3/2025). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
"Dua minggu lalu ketika saya pergi membeli, mereka meminta maaf kepada saya dan mengatakan harga salmon sedang naik," ungkapnya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia, Shinta Widjaja Kamdani, juga sempat menyoroti kenaikan biaya bahan baku sejak bulan lalu disebabkan depresiasi rupiah.
"Biaya input yang lebih tinggi akan mengikis margin dan dapat menaikkan harga jual. Hal itu dapat menyebabkan penurunan daya beli masyarakat dan melemahnya pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Konsumsi Melambat
Perlambatan perputaran uang menjelang lebaran tahun ini semakin diperkuat survei dan analisa dari Mandiri Institute yang diterbitkan pada Maret 2025.
Dalam analisa itu menyebut bahwa masyarakat cenderung lebih menahan konsumsi. Survei ini dilakukan terhadap 300 pelaku usaha di dua komersial area yaitu kawasan Legian-Seminyak, Bali dan Blok M, Jakarta.
"Menunjukkan mayoritas merchant ritel mengalami tren pertumbuhan negatif pada penjualannya di kuartal I 2025 (yoy)," tulis dokumen tersebut.
Perlambatan daya beli ini juga diperkuat Data Survei Konsumen Bank Indonesia menunjukkan bahwa porsi tabungan terhadap total pendapatan turun ke level 14,7 persen pada Februari 2025 (sebulan menjelang Lebaran). Angka ini lebih rendah dibandingkan rata-rata 2018-2024 (16,7 persen).
ADVERTISEMENT
"Ini menunjukkan bahwa perlambatan konsumsi terjadi bukan karena peningkatan tabungan melainkan mengindikasikan penurunan pendapatan rumah tangga, yang menyebabkan perilaku pengeluaran yang lebih defensif [dalam membelanjakan barang]," tulis laporan tersebut.