Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
Lewat Jualan Kembang Goyang, Sri Mulyati Ingin Lestarikan Makanan Tradisional
21 Maret 2024 11:24 WIB
·
waktu baca 4 menit![Kembang goyang yang diproduksi nasabah BRI, Sri Mulyati. Foto: Moh Fajri/kumparan](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01hsdasxgre133bh11e8f48h5m.jpg)
ADVERTISEMENT
Sri Mulyati prihatin dengan makanan tradisional dari Betawi yang mulai jarang ditemukan. Bermula dari keresahan tersebut, ia memantapkan diri membuka usaha jualan kembang goyang.
ADVERTISEMENT
Bermula pada 2012 saat Sri Mulyati bersama 9 orang lainnya tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama atau KUBE. Saat itu, mereka mendapatkan bantuan senilai Rp 20 juta dari Dinas Sosial Pemprov DKI Jakarta. Artinya, masing-masing orang mendapatkan Rp 2 juta.
Sri Mulyati lalu memanfaatkan bantuan dana itu sebagai modalnya membeli peralatan untuk memproduksi kembang goyang.
“Kita kan kebetulan asli Jakarta terus waktu itu makanan Jakarta kayak sudah hampir punah ya terus apa salahnya kita budayakan lagi, lestarikan lagi, tetapi dengan variasi-variasi yang lain seperti kembang goyang original bisa pakai kacang, teri, cokelat. Jadi berbagai macam variasi, tidak original saja,” kata Sri Mulyati membuka perbincangan dengan kumparan di tempat produksi kembang goyang miliknya, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Senin (18/3).
ADVERTISEMENT
Sri Mulyati mulai meracik resepnya sendiri dalam membuat kembang goyang dari rumah pribadinya. Setelah menemukan formula yang dirasa pas, ia langsung memproduksi makanan tersebut.
Di awal memulai usahanya, Sri Mulyati mengaku tidak mengalami kendala berarti. Kembang goyang yang diproduksinya langsung diminati banyak orang.
“(Awal langsung) Ramai pembeli. (Sekarang) Sudah banyak se-Jabodetabek banyak, dari daerah juga ada,” ujar Sri Mulyati.
Usaha yang dijalankan Sri Mulyati semakin banyak peminat. Ia lalu berpikir untuk menambah modal dan memperbaiki tempat produksi. Sri Mulyati langsung memilih mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) ke PT Bank Rakyat Indonesia atau BRI pada 2020.
Dana tersebut dimanfaatkan Sri Mulyati untuk membuat rumah tempat produksi kembang goyang. Lokasinya tidak jauh dari rumah pribadinya.
ADVERTISEMENT
"KUR awalnya 2020 untuk pinjam Rp 20 juta. Kemarin (2023) pinjam Rp 30 juta. Jadi sudah Rp 50 juta (dari BRI). (Yang) Rp 20 juta setahun lunas alhamdulillah. Terus ditawarin lagi. Kemarin kita ngambil kembali Rp 30 juta 17 kali (bayar), kita sudah jalan 7 jadi 10 lagi," terang Sri Mulyati.
Sepanjang 2023, penyaluran kredit BRI mencapai Rp 1.266,4 triliun atau tumbuh 11,2 persen secara tahunan. Dari jumlah tersebut, 84,4 persen atau Rp 1.068,7 triliun disalurkan untuk UMKM.
Hubungan Sri Mulyati dengan BRI tidak berhenti di penyaluran KUR saja. Ia mengaku sering diajak dan ikut pameran yang digelar BRI. Belum lagi, kembang goyang Sri Mulyati juga langganan dikirim ke Localoka BRI.
ADVERTISEMENT
Localoka merupakan program untuk membantu pemasaran produk usaha binaan BRI. Produk yang ditampilkan adalah kluster usaha UMKM.
Kondisi tersebut membuat kembang goyang yang diproduksi Sri Mulyati semakin banyak permintaan. Saat ini, ia bisa memproduksi 50 sampai 100 bungkus kembang goyang per hari. Satu bungkusnya dibanderol Rp 25.000.
Permintaan biasanya semakin meningkat saat ramadan dan menjelang lebaran. Sri Mulyati sampai harus lembur bersama 9 orang yang membantunya memproduksi kembang goyang. Upaya itu sebanding dengan pendapatan yang dihasilkan Sri Mulyati yang bisa mencapai Rp 30 juta di momen ramadan dan lebaran.
"Tahun lalu rata-rata sebulan 5.000 (bungkus) untuk ramadan dan lebaran tahun kemarin. Tahun ini baru 1.000 (bungkus pesanan) seminggu (di awal ramadan)," ujar Sri Mulyati.
ADVERTISEMENT
"Pendapatan per bulan kalau puasa, menjelang puasa, lebaran dapat Rp 30 juta. Selain puasa paling (kecil) Rp 5 juta bergantung. Apalagi kalau enggak ada bazar. Kalau ada event cepat itu naiknya," tambahnya.
Sri Mulyati sengaja belum banyak merambah pasar online. Ia khawatir belum bisa memenuhi banyak permintaan. Apalagi, produksi kembang goyang yang dilakukannya masih manual. Kalau pakai mesin, Sri Mulyati perlu modal besar yang belum bisa didapatkannya.
Perempuan berusia 52 tahun tersebut ingin usahanya terus lancar dan bisa membantu menambah penghasilan masyarakat, khususnya para tetangganya. Ke depan, Sri Mulyati bermimpi mempunyai outlet besar yang menjual makanan khas Betawi.
"Saya kepikirannya ingin punya outlet sendiri yang besar, yang berisi makanan Jakarta ada kembang goyang ditambah seperti roti buaya, dodol, geplak, wajik, uli ya kan. Kita budidayakan lagi perajin kita ambil bantu jualin. Jadi kalau ada yang cari makanan Jakarta ke mana nih? Nah itu padahal Jakarta kota bisnis," tutur Sri Mulyani.
ADVERTISEMENT