Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
LG Hengkang dari Proyek Baterai EV, Erick Thohir Buka Peluang Mitra Selain AS
22 April 2025 19:28 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir buka suara terkait hengkangnya perusahaan Korea Selatan, LG, dari salah satu proyek ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) terintegrasi di Indonesia, Proyek Titan.
ADVERTISEMENT
Konsorsium Korea Selatan yang dipimpin oleh LG telah memutuskan untuk menarik proyek senilai sekitar 11 triliun won atau USD 7,7 miliar, angka itu setara Rp 129,9 triliun (kurs Rp 16.876 per dolar AS), untuk membangun rantai pasokan baterai di Indonesia.
Erick menilai, keputusan LG tersebut tidak akan memengaruhi langkah pemerintah Indonesia mengembangkan ekosistem baterai EV. Sebab, sudah banyak perusahaan asing dari berbagai negara yang berinvestasi di rantai pasok baterai dalam negeri.
"Keputusan dari LG tidak mengurangi percepatan kami mendorong pembangunan supply chain yang menguntungkan EV ecosystem di Indonesia," katanya kepada awak media di Menara Mandiri, Selasa (22/4).
Erick mencontohkan, sudah ada perusahaan asing yang berinvestasi di rantai pasok baterai seperti Volkswagen dan Ford Motor, serta proyek ekosistem baterai lain antara BUMN dan Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) juga masih berjalan, yakni Proyek Dragon.
ADVERTISEMENT
Ke depannya, lanjut dia, pemerintah akan mencari mitra pengganti LG di Proyek Titan. Dia meyakini sudah banyak negara yang tertarik pada investasi rantai pasok baterai EV di Indonesia, misalnya Arab Saudi dan Qatar.
"Saudi sendiri sedang membangun ekosistem kendaraan, dia punya merek Lucid dan lain-lain, atau dari kunjungan Pak Prabowo yang kemarin ada kerja sama investasi USD 2 miliar bersama Qatar bersama Danantara, itu bisa aja membangun ekosistem sendiri antara Qatar dan Indonesia," jelas Erick.
Selain itu, Erick menyebutkan Uni Emirat Arab (UEA) juga tertarik dengan proyek baterai EV di Indonesia, atau bahkan Jepang yang merupakan mitra lama Indonesia di bidang otomotif.
"Tentu kita membuka luas kerja sama dengan Amerika, apalagi sedang ada pembicaraan bagaimana hubungan dagang Indonesia-Amerika," imbuh Erick.
ADVERTISEMENT
Terbukanya kesempatan untuk AS masuk di Proyek Titan juga sudah disinggung oleh Holding BUMN Pertambangan MIND ID. Namun, Erick menegaskan pemerintah tidak akan tertutup hanya pada perusahaan AS.
"Kita terbuka, yang penting percepatan daripada momentum (pengembangan baterai EV)," kata Erick.
Sebelumnya, dikutip dari Yonhap News Agency, konsorsium yang meliputi LG Energy Solution, LG Chem, LX International Corp dan mitra lainnya, telah bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dan perusahaan milik negara untuk membangun ekosistem baterai EV.
Inisiatif tersebut berupaya untuk mencakup seluruh proses mulai dari pengadaan bahan baku hingga produksi prekursor, bahan katode, dan pembuatan sel baterai. Indonesia adalah produsen nikel terbesar di dunia, bahan utama dalam baterai EV.
Sumber industri mengatakan konsorsium telah memutuskan untuk menarik proyek tersebut, setelah berkonsultasi dengan pemerintah Indonesia, karena adanya pergeseran dalam lanskap industri, khususnya yang disebut jurang EV, yang merujuk pada perlambatan sementara atau puncak permintaan EV global.
ADVERTISEMENT
"Mempertimbangkan kondisi pasar dan lingkungan investasi, kami telah memutuskan untuk keluar dari proyek tersebut," kata seorang pejabat dari LG Energy Solution.