Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
LG Tinggalkan Konsorsium Baterai EV, Kemenperin Pastikan Proyek Lanjut
25 April 2025 17:11 WIB
·
waktu baca 5 menit
ADVERTISEMENT
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) merespons konsorsium yang dipimpin LG hengkang berinvestasi di Indonesia. Kemenperin menyebut akselerasi pengembangan untuk ekosistem kendaraan listrik di Indonesia tetap berjalan sesuai perencanaan.
ADVERTISEMENT
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, dalam sebuah konsorsium bisnis atau proyek skala besar, pergantian investor merupakan hal yang lazim terjadi.
“Ini tidak mengganggu dari target program pengembangan EV di Indonesia. Akselerasi pengembangan untuk ekosistem kendaraan listrik di Indonesia tetap berjalan sesuai perencanaan dan targetnya, apalagi sudah ada yang berproduksi,” kata Agus Gumiwang dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis (24/4).
Sehubungan adanya informasi terkait mundurnya LG Energy Solution dari investasi proyek kendaraan listrik (EV) di Indonesia, Agus mengungkap tak perlu khawatir karena akan digantikan dengan mitra investasi baru dari perusahaan Tiongkok, yakni Huayou.
Saat ini, sudah ada dua perusahaan yang memproduksi baterai untuk motor listrik, yaitu PT Industri Ion Energisindo yang memiliki kapasitas produksi sebanyak 10.000 pcs baterai per tahun dan investasi sebesar Rp 18 miliar, serta PT Energi Selalu Baru yang memiliki kapasitas produksi sebanyak 12.000 pcs baterai per tahun dan investasi sebesar Rp 15 miliar.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, terdapat 2 industri baterai sel untuk mobil listrik, yaitu PT HLI Green Power, yang merupakan konsorsium antara Hyundai Grup dan LG sebagai produsen sel baterai, dengan kapasitas tahap pertama sebanyak 10 GWh dengan total nilai investasi mencapai USD 1,1 miliar.
Agus mengatakan industri sel baterai ini akan memasok 150.000 hingga 170.000 unit kendaraan bermotor listrik melalui PT Hyundai Energy Indonesia selaku industri baterai pack yang memiliki kapasitas produksi mencapai 120 ribu pack baterai kendaraan bermotor listrik dengan total investasi sebesar Rp 674 milliar.
Kedua, PT International Chemical Industry yang memiliki kapasitas produksi mencapai 100 MWh per tahun setara dengan 9 juta sel, dengan target total kapasitas produksi sebesar 256 MWh per tahun, setara dengan 25 juta sel.
ADVERTISEMENT
Selain PT Hyundai Energy Indonesia terdapat 1 produsen baterai pack lain yaitu PT Gotion Green Energy Solutions Indonesia yang memiliki total nilai investasi lebih dari USD 8,7 juta dengan kapasitas produksi sebesar 17.952 unit per tahun.
Lebih lanjut, Agus mengungkap komitmennya untuk konsisten mendukung percepatan pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, termasuk dalam mendorong produksi baterai kendaraan listrik.
“Hal ini juga didorong dari berbagai kebijakan strategis dari pemerintah, termasuk memberikan kepastian dan kemudahan usaha, penyusunan roadmap, serta pengoptimalan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN),” lanjutnya.
Pada tahun 2024, total populasi kendaraan listrik di Indonesia mencapai 207 ribu unit atau meningkat sebesar 78 persen dibanding tahun 2023 yang berjumlah 116 ribu unit.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Kemenperin menargetkan pada 2030 mendatang, industri otomotif di dalam negeri dapat memproduksi 9 juta unit sepeda motor listrik roda dua dan tiga serta 600 ribu unit mobil dan bus listrik. Target tersebut diharapkan dapat berkontribusi terhadap pengurangan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sebesar 21,65 juta barel atau setara pengurangan emisi CO2 sebanyak 7,9 juta ton secara total.
Selanjutnya, hingga saat ini, di Indonesia sudah ada 63 perusahaan yang memproduksi sepeda motor listrik roda dua dan tiga, dengan jumlah kapasitas produksi sebanyak 2,28 juta unit per tahun dan total investasi sebesar Rp 1,13 triliun. Kemudian, terdapat 9 perusahaan yang memproduksi mobil listrik dengan jumlah kapasitas produksi sebanyak 70.060 unit per tahun dan investasi sebesar Rp4,12 triliun.
ADVERTISEMENT
Ada pula, 7 perusahaan yang memproduksi bus listrik, dengan jumlah kapasitas produksi sebanyak 3.100 unit per tahun dan total investasi sebesar Rp0,38 triliun.
“Jadi, keseluruhan investasi tersebut sebesar Rp 5,63 triliun. Investasi ini yang perlu kita jaga, karena membawa multiplier effect bagi perekonomian kita, termasuk pada peningkatan jumlah tenaga kerja di Indonesia,” ungkap Menperin.
Semakin Pacu Hilirisasi Nikel
Agus menyatakan dengan tegas pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia sejalan dengan kebijakan hilirisasi yang juga menjadi program prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
“Semangat ini sesuai dengan misi Asta Cita Bapak Presiden, yakni melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri,” imbuhnya.
Kemenperin memacu hilirisasi nikel untuk produksi baterai kendaraan listrik. Menurut Agus hal ini bisa menciptakan nilai tambah dari sumber daya alam Indonesia, khususnya nikel, dan membuat industri baterai EV nasional lebih mandiri dan kompetitif, sehingga tak lagi bergantung pada impor.
ADVERTISEMENT
Kemenperin turut mendorong pengembangan teknologi daur ulang baterai dalam mendukung terciptanya ekosistem baterai kendaraan listrik secara terintegrasi. Hal ini bertujuan untuk memastikan keberlanjutan industri baterai kendaraan listrik di Indonesia.
“Jadi, kami ingin adanya integrasi industri baterai EV dari hulu (pengolahan nikel) hingga hilir (produksi baterai), termasuk dalam pengembangan teknologi daur ulangnya,” tambahnya.
Sesuai dengan amanat Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan, pemerintah juga memberikan insentif baik kepada konsumen maupun industri manufaktur.
Di antaranya, insentif kepada konsumen, seperti PPnBM 0 persen dan PPN DTP, BBN & PKB KBLBB 0 persen dari dasar pengenaan pajak, suku bunga yang rendah dan uang muka 0 persen, diskon tambah daya listrik, serta pelat nomor khusus.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, insentif kepada industri manufaktur, meliputi tax holiday, mini tax holiday, tax allowance, fasilitas Bea Masuk (Master List), BMDTP, dan Super Tax Deduction.
“Dengan adanya sejumlah insentif ini untuk produsen, diharapkan akan memicu produksi berbagai jenis kendaraan listrik di Indonesia, sehingga juga terciptanya ekosistem yang kuat dan berdaya saing,” pungkas Agus.