Lima Supermarket Giant di Malaysia Tutup Total Mulai Besok

4 November 2017 21:18 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Giant Supermarket. (Foto: Wikimedia Commons.)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Giant Supermarket. (Foto: Wikimedia Commons.)
ADVERTISEMENT
Lesunya bisnis ritel tak hanya terjadi di Indonesia, yang membuat sejumlah pengelola menutup gerai mereka seperti Ramayana, Matahari, Lotus, dan Debenhams. Hal serupa juga terjadi di negara tetangga, Malaysia.
ADVERTISEMENT
Lima supermarket Giant akan tutup total mulai Minggu (5/11) besok. Pengelola memutuskan tak memperpanjang lisensi, karena usaha ritel terus mengalami perlambatan penjualan. Seperti dikutip dari The Malaysian Insight, Pemilik Giant GCH Retail Malaysia memutuskan menghentikan operasi lima toko mereka di Sri Manjung, Sg Petani, Mal Pusat Kota Shah Alam, Sibu dan Selayang Lama.
Penutupan tersebut, merupakan upaya untuk konsolidasi bisnis untuk meningkatkan produktivitas usaha. Namun juru bicara perusahaan, menolak menjawab pertanyaan The Malaysian Insight tentang nasib para pekerja di gerai yang ditutup tersebut.
Sebenarnya, penjualan ritel Malaysia pada kuartal II 2017 tumbuh 4,9%. Angka tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan penjualan kuartal I yang hanya 1,2%. Namun, pebisnis ritel mengatakan kenaikan tersebut hanya bersifat sementara dan didorong oleh peningkatan pengeluaran untuk perayaan Hari Raya.
Ilustrasi Giant Supermarket. (Foto: Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Giant Supermarket. (Foto: Flickr)
Para pengusaha mengungkapkan, angka penjualan setelahnya akan mengalami pelemahan karena memang konsumen membatasi pengeluaran mereka akibat ekonomi yang tidak menentu. Asosiasi Pengecer Malaysia mengatakan, department store dan operator supermarket diperkirakan akan mengalami penurunan penjualan lebih lanjut sebesar 2,5% pada kuartal ketiga tahun ini.
ADVERTISEMENT
Dewan Bisnis Melayu mengungkapkan, lesunya penjualan juga diperburuk oleh pengenaan pajak barang dan jasa sejak 2015 lalu. Hal ini telah menyebabkan penutupan beberapa bisnis ritel Melayu.