Lo Kheng Hong Ungkap Saham yang Harus Dihindari Tahun Ini

8 Oktober 2024 18:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lo Kheng Hong, investor perseorangan di bursa saham yang dijuluki Warren Buffett-nya Indonesia.  Foto: Dok. SBM ITB
zoom-in-whitePerbesar
Lo Kheng Hong, investor perseorangan di bursa saham yang dijuluki Warren Buffett-nya Indonesia. Foto: Dok. SBM ITB
ADVERTISEMENT
Investor senior Lo Kheng Hong membagikan pandangannya terkait saham yang perlu dihindari investor. Menurutnya, salah satu hal yang harus dihindari adalah saham dari perusahaan yang terus merugi.
ADVERTISEMENT
"Sektor yang harus dihindari, seperti saya, adalah sektor-sektor bidang usaha yang kalau kita lihat laporan keuangannya, rugi, rugi, rugi, dan rugi. Jadi perusahaan yang rugi terus jangan dibeli. Kadang-kadang masyarakat juga membeli perusahaan yang bidang usahanya rugi," kata Lo Kheng Hong di BNI Investor Daily Summit 2024, Selasa (8/10).
Dia menegaskan, baik di tahun ini maupun di masa mendatang, investor sebaiknya tidak membeli saham dari perusahaan yang tidak mampu menghasilkan keuntungan.
"Jadi di tahun 2025 atau tahun berapa saja, jangan pernah membeli bidang sebuah perusahaan yang rugi," ungkapnya.
Lo Kheng Hong juga mengakui bahwa dirinya tidak terlalu memperhatikan pasar global karena fokus investasinya hanya di Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Saya kurang memperhatikan global market karena saya hanya berinvestasi di Bursa Efek Indonesia. Saya tidak pernah membeli saham di luar Indonesia, hanya di Indonesia saja. Jadi saya kurang memperhatikan global market," kata dia.
ADVERTISEMENT
Dalam berinvestasi, Lo Kheng Hong lebih menekankan pada fundamental perusahaan secara mikro, bukan makro. Ia mengatakan bahwa kejujuran pengelola perusahaan, sektor usaha, laba, pertumbuhan, valuasi, dan dividend yield adalah faktor-faktor yang ia perhatikan sebelum membeli saham.
"Jadi ketika portofolio saya, saya hanya memperhatikan yang kinerja perusahaan tersebut saja. Bukan yang makro tapi yang mikro. Jadi ketika saya membeli saham untuk portofolio saya, yang saya perhatikan adalah nomor satu, kejujuran si pengendali, direksi, dan komisaris," beber dia.
Ia menegaskan bahwa ia hanya akan membeli saham perusahaan yang dikelola oleh orang-orang jujur dan memiliki bidang usaha yang baik. Dia juga menekankan pentingnya memperhatikan besarnya laba perusahaan. Menurutnya, perusahaan yang merugi atau memiliki laba kecil tidak akan menarik minatnya.
Lo Kheng Hong. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
"Ada bidang usaha yang bagus, ada bidang usaha yang jelek. Tentu saya hanya membeli saham-saham perusahaan yang bidang usahanya bagus. Yang ketiga, saya lihat labanya. Labanya kecil atau besar? Perusahaan rugi saya tidak mau beli, perusahaan yang labanya kecil juga saya tidak mau beli. Saya hanya mau membeli perusahaan yang labanya besar," katanya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pertumbuhan laba dari waktu ke waktu juga menjadi pertimbangan utama dalam memilih saham. Ia menyebutkan bahwa ia hanya tertarik pada perusahaan dengan potensi pertumbuhan yang baik.
"Kemudian, pertumbuhannya. Kalau perusahaan itu apakah setiap tahunnya labanya bertumbuh atau tidak?" ungkapnya.
Valuasi saham juga menjadi faktor penting lainnya. Meskipun sebuah perusahaan memiliki fundamental yang baik, jika valuasinya terlalu mahal, Lo Kheng Hong tidak akan membelinya.
"Yang kelima, yang saya lihat adalah valuasi. Kalau perusahaan itu bagus, tapi valuasinya mahal, saya juga tidak mau beli. Jadi saya hanya mau bersedia membeli perusahaan yang bagus itu di harga yang wajar," ujarnya.
Faktor terakhir yang ia perhatikan adalah dividend yield. Lo Kheng Hong mengaku tertarik pada perusahaan dengan dividend yield yang besar karena ia menikmati mendapatkan dividen setiap tahun.
ADVERTISEMENT
"Yang terakhir mungkin yang saya lihat adalah mengenai dividend yield. Kalau dividend yield-nya besar, saya juga sangat tertarik. Karena mendapatkan dividen yang besar itu setiap tahunnya nikmat juga dapat uang tumbuh," katanya.