Lowongan Kerja Terbatas, Perjuangan Sarjana Kian Keras

26 Desember 2022 16:28 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para pencari kerja memadati arena Job Fair Dinas Tenaga Kerja (Disnaker). Foto: ANTARA FOTO/Umarul Faruq
zoom-in-whitePerbesar
Para pencari kerja memadati arena Job Fair Dinas Tenaga Kerja (Disnaker). Foto: ANTARA FOTO/Umarul Faruq
ADVERTISEMENT
Lowongan kerja kian terbatas. Sedang jumlah pencari kerja termasuk lulusan sarjana makin bertambah tiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah angkatan kerja mencapai 143,72 juta orang per Agustus 2022. Total ini memang mengalami kenaikan 3,57 juta orang dibanding Agustus 2021.
Namun demikian, BPS mencatat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 5,86 persen. Artinya, sekitar enam orang penganggur dari 100 orang angkatan kerja.
Apabila dilihat berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh angkatan kerja, tamatan tingkat tinggi yakni sarjana strata satu ke atas mencapai 4,8 persen. Pada bulan Februari lalu, jumlah pengangguran dari lulusan universitas sebanyak 884,76 ratus ribu orang.
Masalahnya, jumlah pengangguran tersebut tidak terserap dalam lowongan kerja yang tersedia. Mengutip data jasa penyedia loker Karirhub (Kemnaker), jumlah lowongan pekerjaan terdaftar mencapai 17.617 lowongan hingga Oktober 2022.
ADVERTISEMENT
Dari segi pendidikan, jumlah kebutuhan tenaga kerja tertinggi berasal dari pendidikan sarjana sebanyak 5.257 pekerjaan. Lowongan pekerjaan tersebut tentu tidak dapat menyerap pengangguran yang mencapai ratusan ribu orang.
Pakar kebijakan publik dari Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah. Foto: Dok. Pribadi
Pakar Kebijakan Publik Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah mengamati, lulusan sarjana susah mencari pekerjaan karena jumlah lowongan kerja yang semakin menurun. Selain itu, kebutuhan industri juga telah berubah ke arah digitalisasi.
"Dengan teknologi lebih canggih, digital ini arahnya seperti penggunaan AI. Ini menjadi tantangan ke depan bahwa penggunaan SDM semakin mengecil," kata Trubus saat dihubungi kumparan, Senin (26/12).
Trubus melanjutkan, dunia pendidikan tidak bisa mengikuti kebutuhan teknologi informasi yang lebih canggih. Oleh karena itu, Kementerian Tenaga Kerja (Kemnaker) diminta untuk menyiapkan diklat pelatihan seluas-luasnya.
ADVERTISEMENT
"Kemnaker digodok untuk mempersiapkan tenaga kerja baik di dalam maupun luar. Juga ada kewajiban misalnya, orang Indonesia yang punya industri di luar negeri menggunakan tenaga kerja Indonesia," tuturnya.
Anisa Septi Anandini merupakan satu dari sekian banyak sarjana yang turut merasakan kian kerasnya mencari kerja. Lulusan IPB itu sudah tiga bulan menyandang gelar pengangguran.
Dalam proses lamaran kerja, Anisa menemui hambatan yakni kemampuan yang dibutuhkan di lowongan pekerjaan tidak sesuai dengan standar kompetensi saat ia lulus.
"Sulitnya itu ketika mencari loker yang jobdesk-nya sesuai kemampuan aku. Kadang-kadang masih kurang percaya diri juga, jadi tidak banyak yang diambil lokernya," ujar Anisa saat dihubungi kumparan, Senin (26/12).
Sejauh ini, Anisa ditolak dari salah satu lowongan pekerjaan yang sesuai dengan jurusan kuliah. Dia juga tengah menanti perkembangan seleksi lamaran kerja yang tak kunjung ada kabar.
ADVERTISEMENT
"Selama ini baru apply via web resminya sama via berkas langsung, kalo lewat aplikasi belum pernah apply. Belum pernah ikut program tambah skill dari kampus, tapi sekarang ini sedang ikut kursus online gratis di Coursera," katanya.