Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
LPEI Dorong Pertumbuhan Ekspor Tumbuhan Superfood Kelor
19 November 2024 9:03 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Nilai ekspor sayuran bubuk meningkat signifikan selama periode Januari-September 2024. Kenaikan mencapai 90,74 persen menjadi USD 13,75 juta, dari USD 7,21 juta pada periode yang sama tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Selain itu, volume ekspor juga melonjak 169,41 persen dari 1.610 ton menjadi 4.350 ton. Sebagian besar produk yang diekspor adalah campuran sayuran yang mencakup sayuran bubuk kelor.
Peningkatan kumulatif tertinggi nilai ekspor terjadi ke Tiongkok (naik USD 7,39 juta), Thailand (naik USD 110,54 ribu), Arab Saudi (naik USD 71,01 ribu), Jepang (naik USD 46,09 ribu), dan Malaysia (naik USD 35,08 ribu).
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI ) menilai hal ini menunjukkan bahwa pasar untuk produk sayuran bubuk, termasuk produk berbasis kelor memiliki prospek yang sangat cerah.
Tingginya permintaan pasar untuk produk berbasis kelor, mendorong LPEI mengembangkan potensi ekspor daun kelor, baik dalam bentuk Coaching Program for New Exporter (CPNE) dan Desa Devisa.
ADVERTISEMENT
Salah satu alumni CPNE yang berhasil mengekspor produk olahan kelor adalah PT Keloria Moringa Jaya. Produk kelor yang dikenal sebagai superfood atau memiliki banyak manfaat kesehatan ini mampu menembus pasar internasional berkat bimbingan intensif dan pendampingan dari LPEI.
Program CPNE LPEI berfokus pada pembekalan keterampilan ekspor, pemahaman tentang regulasi pasar global, dan strategi pemasaran yang tepat.
Pemilik PT Keloria Moringa Jaya, Fachrul Rozi Lubis, mengatakan LPEI memberikan pelatihan yang sangat berharga, mulai dari cara mencari pembeli, menentukan kode HS produk, hingga menghitung biaya ekspor untuk menghindari kerugian.
"Selain itu, kami diajari cara membuat company profile dan e-katalog yang efektif untuk menawarkan produk kami kepada pembeli di luar negeri," Fachrul Rozi Lubis.
ADVERTISEMENT
Produk pertama yang diekspor adalah tepung kelor ke Australia pada awal 2021 seberat 20 kg dalam satu kali. Kini, mereka bisa mengirimkan hingga 300 kg dalam satu pengiriman, dengan frekuensi pengiriman antara satu hingga tiga kali sebulan. Pendapatan yang diperoleh dari ekspor mencapai sekitar USD 5,400 per bulan.
Lebih dari 75 persen dari total penjualan produk Keloria Moringa saat ini berasal dari pasar ekspor, sementara sisanya 25 persen ditujukan untuk pasar lokal. Produk tepung kelor ini juga digunakan di luar negeri sebagai campuran jamu dan bumbu masakan.
Desa Wisata Daun Kelor
LPEI juga membina Desa Devisa Daun Kelor yang turut mengembangkan produk kelor sebagai komoditas unggulan. Desa Devisa ini semakin maju berkat program pendampingan yang mencakup peningkatan kapasitas produksi dan pemasaran, yang menjadikan produk kelor lokal dikenal lebih luas di luar negeri.
ADVERTISEMENT
Desa yang terletak di Kecamatan Batang-Batang, Kabupaten Sumenep, Madura, ini telah menerima pendampingan khusus dari LPEI, seperti pendampingan sertifikasi organik, yang memungkinkan produk daun kelor mereka untuk menembus pasar Amerika, Eropa, dan Australia.
Dengan peningkatan kapasitas produksi yang signifikan, desa ini sekarang dapat memproduksi dalam bentuk bubuk daun kelor dari 500 kg per hari menjadi 1,5 ton per hari, serta mengalami efisiensi biaya produksi sebesar Rp14.400/kg.
Saat ini, kapasitas produksi kelor desa tersebut mencapai 12 ton/bulan dalam bentuk bubuk dan 20 ton/bulan untuk daun kering. Sekitar 90 persen dari produk daun kelor tersebut diekspor langsung ke luar negeri, terutama ke Malaysia.
Produk kelor dari Sumenep yang kaya nutrisi sangat diminati pasar internasional, karena tidak hanya digunakan untuk makanan dan obat-obatan, tetapi juga kosmetik dan pakan ternak. Daun kelor yang dihasilkan dianggap memiliki kualitas tinggi, sehingga menambah daya jual di pasar global.
ADVERTISEMENT
Peran LPEI di Desa Devisa Daun Kelor juga berkontribusi pada pemberian alat pengering dan mesin tepung yang membantu meningkatkan produksi.
Dengan kolaborasi yang kuat antara LPEI dan lembaga pendamping PT. AGRO DIPA SUMEKAR, kini lebih dari 1.700 petani di 9 desa lokal terlibat dalam produksi daun kelor dan berhasil meningkatkan kesejahteraan warga sekitar.
Keberhasilan ini dicapai dengan kemampuan tanaman kelor yang dapat dipanen dalam waktu hanya tiga bulan untuk diambil daunnya, dengan setiap pohon dapat menghasilkan 1 kg – 2 kg daun kelor basah.
“Setelah mendapatkan pendampingan dari LPEI dan menjadi Desa Devisa, usaha kami menjadi lebih tertata dan terstruktur. LPEI tidak hanya memberikan pelatihan peningkatan kualitas dan kapasitas produk, tetapi juga pelatihan manajemen keuangan dan pembukuan,” ungkap Heri Siswanto, pemilik PT. AGRO DIPA SUMEKAR.
ADVERTISEMENT
Kepala Divisi SMEs Advisory Services LPEI, Maria Sidabutar, mengatakan melalui program-program ini, LPEI tidak hanya memberikan pendampingan tetapi juga memperkuat kapabilitas UKM dan desa-desa potensi di Indonesia untuk memanfaatkan peluang ekspor yang lebih besar.
"LPEI berharap melalui upaya ini, semakin banyak pelaku usaha dari berbagai sektor dapat berani mendunia dan meningkatkan daya saing produk Indonesia di kancah global," ujarnya.