Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
LSD Jadi Virus Endemi RI & Rugikan Peternak Sapi, di Mana Kementan?
6 Agustus 2023 18:18 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Nanang Purus Subendro mengatakan, virus LSD tidak kalah merugikan dibanding Penyakit Mulut dan Kaki (PMK) yang sempat merebak di Indonesia tahun lalu.
Dokter Hewan lulusan UGM tersebut menjelaskan, LSD masuk Indonesia sejak Februari 2022 dan telah menjadi virus endemi di Indonesia. Bila penyebaran PMK sangat cepat, virus LSD penyebarannya lebih lambat.
"Penyebaran lewat lalat, nyamuk. Cara paling efektif pemberian vaksin," kata Nanang kepada kumparan, Sabtu (5/8).
Saat ini, Indonesia menyetop sementara impor sapi dari 4 peternakan di Australia yang positif teridentifikasi terpapar LSD. Menurutnya itu cara kurang ampuh karena pemberian vaksin di dalam negeri belum masif.
"Jangan sampai kita sibuk ngurusi Austalia, tapi yang di Indonesia tidak diurusi. Yang paling penting itu adalah tindakan penanganan adanya LSD di Indonesia," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Nanang menjelaskan LSD bisa disembuhkan. Presentase kesembuhan sapi yang terpapar juga besar, sekitar 90 persen. Tapi setelah sembuh, kulit sapi yang rusak tidak bisa dijual, ditambah berat badan sapi akan susut sehingga nilai ekonomisnya berkurang.
"Dampak LSD luar biasa. Peternak sekarang sudah menjerit enggak karuan," kata Nanang.
Nanang menegaskan, program vaksinasi tidak bisa lagi ditawar jika bicara soal penanganan LSD di dalam negeri. Sayangnya, para peternak belum melihat keseriusan pemerintah menangani hal ini.
"Saya sudah tanya ke teman-teman dinas, vaksinasi jumlahnya sangat jauh dari memadai. Pemerintah menganggap LSD enggak berbahaya, LSD enggak merugikan," tegas dia.
kumparan telah menghubungi Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Nasrullah. Alumni S3 Universitas Kagoshima Jepang Jurusan Produksi Ternak tersebut hanya merespons agar menghubungi humas Kementan untuk mendapat penjelasan detail.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik (Karo Humas) Kementerian Pertanian (Kementan) Kuntoro Boga Andri juga belum merespons pesan tertulis kumparan sampai berita ini naik.