Luhut Buka Suara soal Polemik Tesla Tak Pakai Nikel dan Pilih LFP

25 Januari 2024 7:33 WIB
·
waktu baca 2 menit
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan saat menemui CEO Tesla Inc, Elon Musk, di Giga Factory Texas. Foto: Instagram/@luhut.pandjaitan
zoom-in-whitePerbesar
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan saat menemui CEO Tesla Inc, Elon Musk, di Giga Factory Texas. Foto: Instagram/@luhut.pandjaitan
ADVERTISEMENT
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan buka suara soal isu produsen kendaraan listrik Tesla tak pakai nikel untuk baterai listrik mobil listrik mereka.
ADVERTISEMENT
Soal Tesla yang tak pakai nikel ini sebelumnya disampaikan oleh eks Kepala BKPM yang saat ini jadi timses Paslon 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Tom Lembong mengatakan pabrikan Tesla di China sudah tidak pakai nikel lagi, tapi bahan lainnya bernama lithium ferro phosphate (LFP).
Soal Tom Lembong pernah menyatakan Tesla tak lagi pakai nikel ini juga sempat diungkapkan Cawapres nomor urut 02, Gibran Rakabuming Raka, saat bertanya kepada lawannya, Cawapres nomor urut 01, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, pada debat pilpres keempat, Minggu (21/1) malam.
“Tidak benar pabrik Tesla di Shanghai menggunakan 100 persen LFP untuk mobil listriknya. Mereka masih tetap gunakan nickel based baterai. Jadi seperti suplai nickel based baterai itu dilakukan oleh LG Korea Selatan untuk mobil listrik yang diproduksi Tesla di Shanghai,” ujar Luhut dalam postingan akun instagram, Rabu (24/1).
ADVERTISEMENT
Menko Kemaritiman Luhut B. Pandjaitan melakukan pertemuan dengan para investor di Wisma IMIP, Morowali, Kamis (10/1). Foto: Dok Kementarian Kemaritiman
Luhut bilang, meskipun produksi mobil listrik yang menggunakan LFP masih berkembang, tidak menutup kemungkinan permintaan nikel sebagai bahan baku baterai berkurang sehingga perlu digenjot.
“Sekarang ini kalau kita lihat hilirisasi kita di katoda dan banyak lagi lithium baterai sangat maju, yang membuat ekspor kita tidak hanya bergantung lagi pada ekspor raw materialnya itu,” imbuhnya.
Luhut menambahkan, akan berbahaya bagi perekonomian Indonesia ketika harga nikel terlalu tinggi. Apabila harga nikel terlalu tinggi industri baterai listrik akan beralih mencari alternatif lain. Makanya pemerintah perlu mencari keseimbangan dengan benar, bahwa nikel Indonesia akan tetap dibutuhkan dalam belasan tahun ke depan.
"Tom harus mengerti kalau harga nikel terlalu tinggi itu berbahaya. Kita harus belajar dari kasus cobalt, tiga tahun lalu harganya begitu tinggi,orang akhirnya mencari bentuk baterai lain, itu bentuk salah satu pemicu lahirnya Lithium Ferro phosphate itu," tuturnya.
ADVERTISEMENT