Luhut Restui Suntik Mati PLTU Suralaya Biar Udara Jakarta Bisa Lebih Baik

14 Agustus 2024 12:38 WIB
·
waktu baca 3 menit
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan. Foto: Kemenko Marves
zoom-in-whitePerbesar
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan. Foto: Kemenko Marves
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan merestui rencana suntik mati atau pensiun dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya untuk memperbaiki kualitas udara kawasan Jakarta.
ADVERTISEMENT
Luhut mengatakan, indeks kualitas udara atau Air Quality Index (AQI) Jakarta berada di kisaran 150-200 alias level yang sudah tidak sehat. Berbeda dengan udara di IKN yang, dia mengeklaim, indeksnya berada di AQI 6.
"Kemarin kita bahas, kita mau bawa ke rapat itu soal Suralaya, yang ini harus kita tutup. Kalau Suralaya kita tutup, saya rasa ini bagian dari transisi energi, ini juga bisa mengurangi mungkin 50 atau 60 poin indeks kualitas udara di Jakarta," ungkap Luhut saat SCM Summit 2024, Rabu (14/8).
Ditemui usai acara, Luhut menegaskan kembali langkah pemerintah yang tengah mengkaji kemungkinan penghentian operasional PLTU Suralaya karena sudah sangat tua, lebih dari 40 tahun.
"PLTU itu kita mau rapatin, nanti yang Suralaya itu kan sudah banyak polusinya ya dan sudah lebih 40 tahun. Jadi, kita ingin exercise, kita ingin kaji. Kalau bisa kita tutup, supaya mengurangi polusi Jakarta," tegas Luhut.
ADVERTISEMENT
Luhut kembali membandingkan kualitas udara Jakarta yang jauh tertinggal dengan Singapura yang saat ini memiliki AQI 24 atau 30, serta IKN Nusantara yang bahkan indeksnya hanya 6.
"Jadi IKN itu jauh lebih bagus. Nah, kita Jakarta ini kalau bisa, kalau kita tutup tadi Suralaya. Kita berharap akan bisa turun mungkin di bawah 100 indeks ini," ungkapnya.
PLTU Suralaya. Foto: Dok. PLN
Selain penutupan PLTU Suralaya, lanjut Luhut, pemerintah juga ingin terus menggalakkan penggunaan kendaraan listrik, peluncuran BBM rendah sulfur, serta memperketat pengawasan terhadap pabrik yang menyumbang polutan.
"Pemerintah itu mengeluarkan Rp 38 triliun untuk biaya berobat. Ada yang melalui BPJS, ada yang melalui pengeluaran sendiri untuk kesehatan, akibat udara yang 170 sampai 200 indeks ini banyak yang sakit ISPA," tandasnya.
ADVERTISEMENT

Kriteria Pensiun Dini PLTU Suralaya

Ditemui terpisah, Menteri ESDM Arifin Tasrif juga membenarkan rencana pensiun dini PLTU Suralaya karena sudah uzur dan menghasilkan polusi yang terlampau pekat, terutama berdampak kepada kawasan Banten.
"Kita rencanakan pensiun dini, tapi direncanakan juga energi baru yang akan masuk baru ini apa yang gantinya," jelasnya.
Pasalnya, kata dia, pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) yang akan menggantikan pasokan listrik dari PLTU Suralaya tidak banyak tersedia di Pulau Jawa sehingga perlu dibangun jaringan atau transmisi yang bisa menyalurkan listrik hijau dari Pulau Sumatera.
"Harus ada sambungan dari Sumatera ke depan, tapi itu kan kita harus lakukan bertahap, jadi kalau tidak ada infrastruktur transmisi ya tidak akan bisa masuk energi-energi baru ini," ujar Arifin.
ADVERTISEMENT
Arifin menuturkan pensiun dini PLTU Suralaya akan dilakukan bertahap dimulai dari unit-unit yang paling tua dengan efisiensi paling rendah. Adapun PLTU tersebut saat ini memiliki total 8 unit.
"Ya yang paling senior, satu itu, yang kedua dari performance-nya unit yang mana yang paling efisiensi ketinggalan, emisinya paling banyak jadi itu kriterianya," pungkasnya.
Berdasarkan catatan kumparan, PT PLN (Persero) memastikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya unit 1-4 dengan kapasitas 4×400 Megawatt (MW), akan pensiun (coal phased-down) alias disuntik mati.
VP Digitalisasi Kelistrikan Divisi Management Digital PLN, Agus Tri Susanto, menuturkan alasan pensiun dini PLTU yang berada di Cilegon, Banten, itu karena usianya sudah sangat tua. PLTU itu sudah berdiri sejak tahun 1982.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Agus belum bisa membeberkan apakah unit sisanya akan dipensiunkan karena masih dalam pembahasan. "Unit 1 sampai dengan 4 termasuk unit yang sudah cukup lama beroperasi sejak 1982. Untuk sisanya masih dikaji," kata Agus kepada kumparan, Senin (30/10/2023).
Agus menuturkan, pembangkit ramah lingkungan tengah disiapkan untuk menjadi baseload pengganti PLTU Suralaya. Salah satunya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata yang akan diresmikan dalam waktu dekat.