Luhut Sambut RI Gabung BRICS: Kita Terlalu Besar untuk Berpihak ke Satu Negara

9 Januari 2025 13:30 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan usai peluncuran buku Citarum Harum di The Laguna Resort & Spa Nusa Dua, Senin (20/5/2024).  Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan usai peluncuran buku Citarum Harum di The Laguna Resort & Spa Nusa Dua, Senin (20/5/2024). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menyambut baik keputusan Indonesia menjadi anggota penuh forum ekonomi BRICS. Dia menilai banyak sisi positif yang bisa diterima Indonesia.
ADVERTISEMENT
BRICS merupakan kumpulan negara yang mulanya hanya beranggotakan Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (South Africa). Kemudian berkembang luas, dengan masuknya Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab. Terakhir Indonesia disetujui masuk.
Luhut mengatakan, Indonesia merupakan negara besar yang berdaulat dan independen. Sehingga tidak harus berpihak kepada satu negara atau kubu tertentu, dalam hal ini antara China dan Amerika Serikat (AS).
"Mengenai BRICS, kita negara berdaulat besar, negara ini kalau Anda pernah baca saya nulis di South China Sea, saya katakan Indonesia terlalu besar untu berpihak ke satu negara, ya maksud saya waktu itu China dan AS, kita endak perlu," ujar Luhut saat konferensi pers di Kantor DEN, Kamis (9/1).
ADVERTISEMENT
Luhut menilai dengan terpilihnya Prabowo Subianto menjadi Presiden bakal bisa menjadikan Indonesia semakin independen ke depannya, tanpa berpihak kepada kekuatan tertentu.
Luhut lalu membeberkan beberapa keuntungan Indonesia menjadi anggota BRICS, yang paling utama adalah pasar akan semakin luas, terlepas dari berbagai masalah yang tengah dihadapi di masing-masing negara.
Dia mencontohkan, perlemahan ekonomi sedang terjadi di China, kemudian konflik geopolitik di Uni Eropa di mana pasokan gas dari Rusia mulai dihentikan, serta ketidakpastian ekonomi di AS usai terpilihnya Donald Trump menjadi presiden.
"Masalah krisis energi di Eropa, China masalah ekonomi sekarang lagi kurang baik, dan AS uncertainty tinggi karena tarif belum jelas berapa mau dinaikan oleh Presiden Trump, jadi kombinasi masalah ini memang betul-betul kami cermati dengan baik," jelas Luhut.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Anggota Dewan Ekonomi Nasional, Septian Hario Seto, membantah bahwa tujuan Indonesia masuk ke forum ekonomi BRICS adalah untuk mengurangi kebergantungan terhadap dolar AS alias dedolarisasi.
"Dedolarisasi kalau itu nanti against national interest kita, ya ngapain kita ikut-ikutan. Jadi jelas kita ikut BRICS, kita ikut Indo Pacific Framewrok Economic yang diinisasi AS, karena national interest," tutur Seto.