Luhut Sebut Investor China Susah Cari Kamar Hotel di DKI, Pengusaha Buka Suara

17 Desember 2021 15:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kamar hotel Foto: Dok. Pegipegi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kamar hotel Foto: Dok. Pegipegi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan, para investor dari China sempat tak kebagian kamar hotel di Jakarta. Ini terjadi lantaran mulai penuhnya okupansi hotel.
ADVERTISEMENT
Luhut menceritakan kondisi tersebut sebagai tanda mulai membaiknya indeks keyakinan konsumen. Bahkan menurutnya, belanja konsumen sudah mencapai level tertinggi selama masa pandemi.
Pengusaha hotel pun angkat bicara terkait kondisi yang disampaikan Luhut. Menurut Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran, penuhnya hotel yang dimaksud Luhut, terjadi khusus pada layanan khusus karantina.
"Yang dimaksud Pak Menko (Luhut) kemarin, agak kesulitan tamunya mendapatkan hotel karantina itu berbeda. Kenapa itu sulit? Karena ada perubahan masa waktu karantina dari 3 hari menjadi 10 hari, ini akan ada masalah teknis dalam menyediakan hotel karantina," tutur Maulana kepada kumparan, Jumat (17/12).
Perubahan aturan tersebut, kata Maulana, memunculkan masalah teknis di lapangan. Ini terjadi lantaran tak sembarang hotel yang bisa dijadikan lokasi karantina untuk tamu-tamu khusus seperti investor asing.
ADVERTISEMENT
Industri perhotelan salah satu yang terkena dampak akibat pandemi Foto: Dok. Kemenparekraf
Penambahan jumlah dan kapasitas hotel juga mesti melalui verifikasi dari tim khusus. Tim ini terdiri dari PHRI, Kementerian Kesehatan, Satgas COVID-19, hingga Kodam Jaya.
"Karena perubahan itu kan tidak disinkronkan dengan permasalahan teknis di lapangan. Sehingga yang tadinya harusnya sudah check-out mereka harus perpanjang, yang tadinya mau check-in mereka jadi tertunda karena keterbatasan tadi," sambung Maulana.
Sementara terkait kondisi bisnis perhotelan saat ini, Maulana mengakui memang sudah terjadi pemulihan bila dibandingkan kondisi pada tahun 2020. Peningkatan okupansi hotel terutama didukung oleh banyaknya kegiatan yang sudah mulai digelar secara offline.
"Tahun 2020 pemerintah melakukan kegiatan mayoritas menggunakan digital, melalui webinar segala macam. 2021 ini pemerintah sudah mulai melakukan kegiatan offline," tuturnya.
ADVERTISEMENT
"Sehingga dampaknya adalah menghidupkan kembali okupansi hotel yang ada di setiap daerah. Khususnya yang memang mengandalkan kegiatan mice," sambung Maulana Yusran.