Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Luhut Sebut Pengembang Obat Corona Pertama di Dunia Jajaki Bikin Pabrik di RI
13 November 2021 16:43 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dalam uji klinisnya, obat oral ini dikabarkan dapat menurunkan risiko rawat inap hingga kematian pada pasien COVID-19 bergejala ringan. Bahkan, penurunannya mencapai 50 persen. Dengan hasil uji klinis yang baik, obat ini tampak sebagai game changer bagi sejumlah negara.
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan, dirinya bersama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin telah berbicara langsung dengan Merck yang berpusat di Amerika Serikat (AS). Katanya, Merck sudah hampir sepakat untuk memproduksi obat COVID-19, yaitu Molnupiravir, di Indonesia.
"Tadi malam saya bicara dengan Menkes, dengan Merck Industry industri obat dari New Jersey yang saya temui bulan lalu, kami hampir sepakat bahwa kita akan dapat pabriknya di Indonesia. Kalau sampai itu jadi, kita doakan itu tinggal final touch, mestinya oke. Molnupiravir ini bisa menolong yang early stage. Bisa 5 hari kita cure dengan itu," kata Luhut dalam acara UMKM Toba Vaganza, dikutip kumparan dari siaran Youtube OJK pada Sabtu (13/11).
Molnupiravir diproduksi oleh perusahaan Amerika Serikat Merck & Co. Dalam pengembangannya, Merck bekerja sama dengan Ridgeback Biotherapeutics.
ADVERTISEMENT
Profil Merck & Co
Dikutip dari Reuters, Merck & Co adalah perusahaan global dalam sektor kesehatan. Produk yang diproduksi dan dikembangkan mulai dari obat-obatan, vaksin, terapi biologi, hingga produk kesehatan untuk hewan.
Perusahaan dibangun sejak 1891 ini bermarkas di Kenilworth, negara bagian New Jersey, Amerika Serikat. Merck beroperasi dalam dua segmen, yakni Farmasi dan Kesehatan Hewan.
Segmen pertama, yakni Farmasi, meliputi obat-obatan manusia dan produk vaksin. Obat-obatan yang diproduksi Merck mengandung agen terapeutik dan agen preventif, sebagai perawatan obat manusia.
Mereka melakukan penelitian untuk memproduksi obat atau vaksin yang digunakan dalam melawan sejumlah penyakit, mulai dari kanker, penyakit menular seperti HIV dan Ebola, serta penyakit hewan menular.
Dikutip dari laman resmi Merck, mereka juga memiliki perjanjian dengan perusahaan Johnson & Johnson (J&J) dalam produksi vaksin COVID-19.
ADVERTISEMENT
“Pada Maret 2021, kami mengumumkan perjanjian dengan BARDA untuk mengadaptasi dan menyediakan sejumlah fasilitas pabrik perusahaan untuk produksi vaksin dan obat COVID-19. Sebagai tambahan, kami mengumumkan persetujuan dengan Johnson & Johnson untuk mendukung produksi dan suplai vaksin COVID-19 Johnson & Johnson,” demikian dikutip oleh kumparan pada Sabtu (6/11).
Merck juga memproduksi vaksin untuk sejumlah penyakit, seperti vaksin Ebola, Hepatitis B, dan HPV (virus penyebab kanker serviks).
Salah satu obat yang sempat menghebohkan publik, yakni Ivermectin, juga diproduksi oleh Merck. Obat ini diproduksi di bawah nama Stromectol.
Sejumlah warganet sempat menuduh Molnupiravir merupakan obat yang diolah kembali dari Ivermectin, tetapi klaim tersebut langsung dibantah oleh sejumlah ahli.
Menurut mereka, Ivermectin dan Molnupiravir tidak memiliki kandungan kimia yang sama.
ADVERTISEMENT
“Satu-satunya kemiripan antara dua obat adalah keduanya dibawa ke FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan AS) untuk mendapatkan persetujuan pasar oleh Perusahaan Merck,” ujar Direktur Klinis di Divisi Penyakit Menular John Hopkins Medicine, Paul Auwaerter.
Pada sektor Kesehatan Hewan, Merck mengembangkan, memproduksi, dan menjual obat-obatan dan vaksin hewan. Mereka juga menyediakan layanan dan solusi manajemen kesehatan untuk pencegahan, perawatan, dan pengendalian penyakit pada hewan ternak serta peliharaan.