Luhut Sebut RI Habiskan Rp 490 T Setahun untuk Belanja Alat Kesehatan

15 Juni 2021 19:06 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menko Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan Foto: Menko Marves
zoom-in-whitePerbesar
Menko Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan Foto: Menko Marves
ADVERTISEMENT
Merebaknya pandemi COVID-19 membuat belanja di industri kesehatan Indonesia melonjak. Menurut Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, setidaknya dana belanja alat kesehatan dan obat-obatan di Indonesia menyentuh angka Rp 490 triliun per tahun.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, uang tersebut lebih banyak mengalir keluar lantaran tingginya impor alkes hingga bahan baku obat-obatan. Ia menyebut Indonesia bisa menghemat anggaran sampai Rp 300 triliun per tahun bila memiliki pabrik bahan baku obat sendiri.
"Alkes ini dana yang dikeluarkan hampir Rp 490 triliun satu tahun. Sekarang bisa hemat Rp 200-300 triliun satu tahun, betapa penghematan pemborosan kita yang selama ini begitu tinggi," ujar Luhut dalam virtual conference, Selasa (15/6).
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin merinci, dari total belanja industri kesehatan ini, sebesar Rp 234 triliun merupakan belanja swasta. Sementara belanja pemerintah sebesar Rp 255 triliun.
Konferensi pers Menkes RI Budi Gunadi Sadikin saat kedatangan Vaksin Covid-19 Sinovac tahap ke-8, di Bandara Soekarno Hatta, Minggu (18/4). Foto: Youtube/Sekretariat Presiden
Belanja pemerintah ini, kata Budi Gunadi, disumbang oleh klaim BPJS Kesehatan dan belanja pemerintah daerah. Sementara di swasta lebih didominasi oleh belanja rumah tangga.
ADVERTISEMENT
"Kita melihat by produk, obat dan alkes minimal Rp 24 triliun. Kita lihat spending rumah sakit Rp 272 triliun, sebagian besar obat dan kesehatan," jelas Budi Gunadi.
Mantan Wakil Menteri BUMN ini memperkirakan jumlah tersebut masih bisa jauh lebih besar. Adapun dari sisi produk impor dan lokal, ia mengakui impor jauh lebih mendominasi.
Dengan persentase belanja alkes lokal hanya mencapai 12 persen. Padahal produksi di dalam negeri sendiri saat ini sudah mencapai 31 persen.
"Untuk obat-obatan, hanya 3 persen produksi dalam negeri, 97 persen kita impor. Makanya kata Pak Menko tadi, alkes impor 5 kali lebih besar dengan nilai Rp 12,5 triliun," pungkasnya.