Luhut Tekankan Tak Ada Negara yang Bisa Dikte RI!

9 November 2022 10:42 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menghadiri IDIC International Seminar LPS di The Westin Resort Nusa Dua Bali. Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menghadiri IDIC International Seminar LPS di The Westin Resort Nusa Dua Bali. Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
ADVERTISEMENT
Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menekankan soal Indonesia harus keluar dari dikte negara-negara maju. Caranya yakni dengan terus memperbaiki dan mengembangkan industri dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Luhut mengatakan, pengembangan teknologi untuk transisi energi sudah banyak. Ia membandingkan karbon emisi Indonesia masih sekitar 2,3 ton per kapita, lebih kecil daripada negara-negara maju seperti Amerika sebesar 14,7 ton per kapita.
"Ini harus dipegang, kita sekarang memperbaiki dan mengembangkan industri kita. Negara maju terus dikte tidak boleh gitu dong, kita punya hak juga untuk menikmati national resources untuk rakyat Indonesia untuk kukuh," ujar Luhut saat ditemui wartawan di The Westin Resort Nusa Dua Bali, Rabu (9/11).
Menurut Luhut, apabila hilirisasi transisi energi dijalankan dengan baik ditambah adanya minyak sawit, didukung dengan pengadaan pemerintah, maka layanan kerja akan tercipta dan membuat teknologi berkembang.
"Kemudian kita tidak hanya lagi tergantung pada harga komoditas. Saya tidak melihat alasan tumbuh rata-rata 5,7 persen pada beberapa tahun ke depan. Kita bisa menjadi negara berpendapatan tinggi," sambungnya.
Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menghadiri IDIC International Seminar LPS di The Westin Resort Nusa Dua Bali. Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
Luhut menuturkan produksi minyak kelapa sawit sebesar 16,8 juta hektar. Ia mencontohkan, apabila Indonesia memproduksi yield minyak kelapa sawit per hektar sebesar 10 ton, maka sebagian hasil produksinya dialokasikan untuk energi.
ADVERTISEMENT
"Katakanlah rata-rata produksi sebesar 100 juta ton pada tahun 2035-2040, kita akan buat 50 persen untuk makanan, dan 40-60 persen untuk energi. Di Amerika, bekas cooking oil McDonald dibikin untuk minyak pesawat terbang," kata Luhut.
Luhut memperkirakan Indonesia tidak perlu impor minyak kelapa sawit sebesar 700.000 ton pada rentang tahun 2035-2040. Dengan produksi yang terus bertambah, ia menjamin Indonesia akan bisa membuat keseimbangan dalam banyak hal.