Luhut Tersinggung Bank Dunia Samakan Tingkat Ketaatan Pajak RI dengan Nigeria

15 Januari 2025 12:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana pertemuan Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan dengan Wakil dan anggota DEN. Foto: Instagram/ @luhut.pandjaitan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana pertemuan Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan dengan Wakil dan anggota DEN. Foto: Instagram/ @luhut.pandjaitan
ADVERTISEMENT
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan mengaku tersinggung, saat Bank Dunia menyandingkan tingkat ketaatan pajak warga Indonesia dengan warga Nigeria.
ADVERTISEMENT
“Mereka mengatakan Indonesia salah satu negara yang kolek pajaknya paling jelek. Kita disamakan sama Nigeria ya waktu itu. Saya agak tersinggung juga itu,” cerita Luhut dalam acara Semangat Awal Tahun 2025 oleh IDN Times di Menara Global, Jakarta Selatan pada Rabu (15/1).
Menjawab kritik tersebut, Luhut menjelaskan pemerintah sedang menggarap GovTech yang untuk digitalisasi termasuk untuk meningkatkan ketaatan pajak lewat Coretax.
“Sehingga tadi seperti contoh mengenai kritik dari World Bank, kita lakukan respons dengan GovTech ini. Dari empat pilihan yang kita buat dari salah satu cortex yang dibuat Menteri Keuangan yang sangat hebat,” ujarnya.
Ketua DEN Luhut Binsar Panjaitan bertemu Menkeu Sri Mulyani. Foto: Dok. DEN
Untuk saat ini, Luhut mengungkap Coretax masih ada di tahap awal sehingga masih terdapat kekurangan. Maka dari itu Ia mengimbau agar tidak terlalu terburu-buru untuk mengkritik Coretax.
ADVERTISEMENT
“Ya tentu dalam satu bulan pertama orang, pastilah ada yang kurang sana-sini. Terus orang kritik, jangan buru-buru kritik,” jelasnya.
Berdasarkan proyeksi dari Bank Dunia, jika Indonesia dapat menyerap pajak dengan baik terdapat potensi peningkatan 6,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
“World Bank bilang, eh kalau kalian bisa collect pajak di bawah ini dengan benar, kalian akan bisa mendapatkan 6,4 persen dari GDP kalian. Itu equivalent kepada kira-kira Rp 1.500 triliun. Potensi yang kita bisa ambil,” kata Luhut.