Luhut Ungkap Perusahaan China Bakal Merapat, Gantikan AS di Proyek DME

9 Mei 2023 14:18 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan di acara Halal bihalal di Lingkungan Kementerian Maritim dan Investasi, Selasa (2/5/2023). Foto: Dok. Kemenko Marves
zoom-in-whitePerbesar
Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan di acara Halal bihalal di Lingkungan Kementerian Maritim dan Investasi, Selasa (2/5/2023). Foto: Dok. Kemenko Marves
ADVERTISEMENT
Perusahaan raksasa asal Amerika Serikat (AS), Air Products, hengkang dari kerja sama proyek gasifikasi batu bara menjadi dimetil eter (DME) di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menko Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan, memang ada sedikit masalah sehingga perusahaan Air Products tak jadi kerja sama dengan Indonesia. Namun, saat ini Indonesia berpotensi mendapat penggantinya dari China.
"Tapi sekarang kita sudah dapat dari China, dengan teknologi CO2-nya malah bisa di-inject ke bumi," kata Luhut saat ditemui di The Westin Jakarta, Selasa (9/5).
Luhut mengatakan, saat ini Indonesia sedang mendekati perusahaan asal China itu agar kerja sama bisa terealisasi. Luhut mengatakan, teknologi Air Products itu berasal dari China. Di sana, harganya juga lebih murah dibanding Amerika Serikat.
"Hanya saja kadang-kadang Amerika jualannya setinggi langit, jadi sekarang sedang kita perbaiki itu," kata Luhut.
Saat ditanya identitas perusahaan asal China itu, Luhut masih enggan membeberkannya. "Belum. Nanti kita beritahu segera. Besok saya dari G7," pungkas Luhut.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, mengungkapkan alasan perusahaan raksasa asal Amerika Serikat (AS), Air Products, hengkang dari kerja sama proyek gasifikasi batu bara menjadi dimetil eter (DME) di Indonesia.
Arifin mengkonfirmasi bahwa perusahaan tersebut mundur dari dua proyek hilirisasi batu bara ini, yaitu proyek PT Bukit Asam (PTBA) dan PT Pertamina di Sumatera Selatan, serta proyek bersama PT Kaltim Prima Coal (KPC) di Kalimantan Timur.
"Iya (mundur dari dua proyek). Tapi tetap harus jalan, proyek DME jalan dong, entah DME entah yang mana pokoknya harus jalan," ungkapnya saat ditemui di kantor Kementerian ESDM, Jumat (17/3).
Dia menjelaskan, Air Products lebih tertarik kepada pengembangan bisnis energi baru terbarukan (EBT) di negaranya sendiri lantaran pemerintah AS telah menggencarkan subsidi untuk EBT.
ADVERTISEMENT
"Dia itu merasa di Amerika lebih menarik bisnisnya, kan di Amerika itu dengan adanya subsidi untuk EBT jadi ada proyek yang lebih menarik ke sana untuk hidrogen karena Amerika lagi mendorong untuk pemakaian itu," jelas Arifin.