Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
15 Ramadhan 1446 HSabtu, 15 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Mal Pesona Square Depok Terpantau Lengang di Tengah Isu Dijual
14 Maret 2025 19:40 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Salah satu pusat perbelanjaan di Depok, Jawa Barat, Pesona Square, baru-baru ini diisukan tengah dijual. Kabar itu bersliweran di media sosial TikTok yang diunggah pada tanggal 18 Januari 2025 lalu.
ADVERTISEMENT
Dalam unggahan salah satu akun, dipaparkan spesifikasi penjualan Pesona Square, untuk penjualan mal dihargai Rp 1,05 triliun dan penjualan mal plus apartemen Pesona City Depok dihargai Rp 1,4 triliun. Mal Pesona Square dan Apartemen Pesona City berada dalam satu kawasan.
"Dijual pusat perbelanjaan (Pesona Square) lokasi Juanda Depok! More info, ask by DM," tulis salah satu akun tersebut, dikutip Jumat (14/3).
Sebab santernya isu penjualan, kumparan mencoba mendatangi salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Depok itu, hari ini sekitar pukul 17.50 WIB.
Hasilnya didapati Pesona Square terpantau sepi dari geliat jual-beli. Tak terasa atmosfer keramaian pengunjung pusat perbelanjaan.
Pusat belanja yang memiliki luas bangunan sekitar 42.000 meter persegi itu sudah terlampau sepi sejak setahun terakhir. Menurut penuturan pengunjung yang bernama Elli, dia sering kali mengunjungi Pesona Square pada akhir pekan, tapi sejak 2024 mal tersebut mulai beranjak sepi.
ADVERTISEMENT
"Deket sini rumahnya, emang kadang kalo weekend suka ke sini. Udah sepi dari tahun lalu sih ya, nggak rame banget," ujar Elli ketika ditemui kumparan, Jumat (14/3).
kumparan lanjut berkeliling dari sudut ke sudut Mal Pesona Square, mulai dari lantai dasar. Di lantai ini tidak banyak aktivitas, hanya ada layar elektronik besar yang terpajang dari lantai dasar hingga menembus lantai 3.
Meski begitu, pramusapa Mal Pesona Square tetap tersedia sembari berjaga untuk memberi servisnya kepada pengunjung jika diperlukan.
Naik ke lantai 1, kumparan mengitari sektor perbelanjaan pakaian dan fesyen lainnya, terpantau banyak tenant yang tak terisi alias kosong. Berbeda di lantai 2, pada lantai ini ada 2 sektor belanja yakni kategori pakaian/aksesoris dan makanan.
ADVERTISEMENT
Sektor makanan di lantai 2 terpantau ramai pengunjung, di sini terjadi hilir mudik seperti anak-anak yang berlarian, anak muda yang bercengkrama sambil menikmati santapannya, bahkan ada pula yang rela mengantre di salah satu gerai makanan.
Jauh dari isu penjualan Mal Pesona Square, penjual di salah satu gerai mengaku tak tahu informasi apa pun soal ramai Pesona Square yang digadang akan dijual. Tapi dia mengaku memang sudah hampir 3 bulan ke belakang mal sepi dari pengunjung.
"Nggak tau deh [penjualan mal], dari kemarin udah kayak gini kondisinya," sebut penjual yang enggan disebutkan namanya.
Lanjut, saat naik ke lantai 3, kumparan melihat ada aktivitas olahraga dari sejumlah gerai. Lantai 3 ini merupakan sektor khusus kebugaran.
ADVERTISEMENT
Pengusaha Ungkap Pemangkasan Anggaran Pemerintah Mulai Terasa di Industri Ritel
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengungkapkan pemangkasan anggaran yang dilakukan pemerintah sudah mulai terasa dampaknya di sektor ritel.
"Tetapi ujung-ujungnya nanti akan berdampak terhadap retail. Dan sebetulnya sekarang sudah mulai terasa hal tersebut," kata Alphonzus dalam acara BINA Diskon Lebaran 2025 di Lippo Mal Nusantara, Jakarta, Jumat (14/3).
Menurutnya, daya beli masyarakat kelas menengah-bawah saat ini belum pulih maksimal. "Tapi saya kira akan tetap tumbuh [daya beli], tapi kembali lagi tidak akan signifikan pertumbuhannya," kata Alphonzus kepada wartawan.
Alphonzus menerangkan, pola belanja masyarakat ada di puncaknya terjadi saat periode Ramadan, Idulfitri, Natal dan Tahun Baru. Namun, setelah periode tersebut biasanya pola belanja bakal berubah masuk ke low season.
ADVERTISEMENT
"Karena Ramadan dan Idul Fitrinya datang lebih awal. Jadi low season itu selalu terjadi setelah Idul Fitri sampai dengan Natal tahun baru, nah jarak ini semakin panjang," imbuh dia.
Yang menjadi pembeda, pada tahun ini celah jarak antara high season dengan low season dinilai sangat panjang. Maka dari itu, menurut Alphonzus dibutuhkan geliat program yang berkelanjutan dari pemerintah agar daya beli masyarakat tetap terdongkrak naik.
"Polanya seperti itu. Nah tahun lalu low xi-nya dalam. Dalam pengertian karena daya beli masyarakat menurun kan, sehingga betul-betul low season-nya luar biasa tahun lalu," ucap Alphonzus.
Sebab daya beli belum pulih, Alphonzus bilang masyarakat saat ini mengalami pergeseran ke membeli barang atau produk dengan harga satuannya yang kecil dan rendah.
ADVERTISEMENT
"Jadi kalau kita lihat kenapa banyak teman-teman peritel yang kategori barang produknya dengan satuan unitnya rendah, saya kira masih tetap agresif," tutup dia.