Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Malaysia Ikuti Indonesia, Setop Ekspor Mineral Mentah: Dimulai dari Tanah Jarang
12 September 2023 8:16 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Perdana Menteri Malaysia , Anwar Imbrahim mengatakan, akan mulai membatasi ekspor mineral mentah, terutama untuk logam tanah jarang . Hal ini dilakukan untuk menghindari eksploitasi dan hilangnya sumber daya.
ADVERTISEMENT
Logam tanah jarang ini digunakan secara luas dalam chip semikonduktor, kendaraan listrik, dan peralatan militer. Di mana, Malaysia sebetulnya hanya memiliki sedikit cadangan logam tanah jarang di dunia yakni sekitar 30.000 metrik ton.
Sementara saat ini, China merupakan sumber terbesar dengan perkiraan cadangan 44 juta ton. Namun keputusan PM Malaysia ini diambil ketika dunia berupaya melakukan diversifikasi dari China, selaku produsen logam tanah jarang.
Mengutip Reuters, Selasa (12/9), Anwar mengatakan pemerintah akan mendukung pengembangan industri logam tanah jarang di Malaysia dan larangan tersebut akan menjamin keuntungan maksimal bagi negara tersebut.
Tapi dia juga tidak mengatakan kapan usulan kebijakan larangan ini akan mulai berlaku.
Industri logam tanah jarang diperkirakan akan menyumbang sebesar MYR 9,5 miliar (USD 2 miliar) terhadap produk domestik bruto Malaysia pada tahun 2025 dan menciptakan hampir 7.000 lapangan kerja.
“Pemetaan detail sumber unsur tanah jarang dan model bisnis komprehensif yang memadukan industri hulu, tengah, dan hilir akan dikembangkan untuk menjaga rantai nilai tanah jarang di tanah air,” ujarnya di Parlemen.
ADVERTISEMENT
Larangan yang diterapkan Malaysia dapat mempengaruhi penjualan ke China, yang mengimpor sekitar 8 persen bijih tanah jarang dari negara Asia Tenggara tersebut antara bulan Januari dan Juli tahun ini, menurut data bea cukai Tiongkok.
Sebelumnya, pada awal tahun ini, China mengumumkan pembatasan ekspor beberapa logam yang digunakan secara luas di industri semikonduktor, sebuah tindakan yang dipandang sebagai tindakan balasan atas pembatasan AS terhadap penjualan teknologi ke Tiongkok.
Pembatasan tersebut memicu kekhawatiran bahwa Tiongkok juga dapat membatasi ekspor mineral penting lainnya termasuk logam tanah jarang.
Analis David Merriman di Project Blue mengatakan dampak pelarangan di Malaysia masih belum jelas karena kurangnya rincian, namun pelarangan bijih tanah jarang dapat berdampak pada perusahaan Tiongkok yang beroperasi di Malaysia.
ADVERTISEMENT