Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Mampukah Kombinasi Pertamina, Petronas, dan Inpex Garap Blok Masela?
17 Juni 2023 19:48 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Konsorsium Blok Masela akan segera diperbarui dengan masuknya PT Pertamina (Persero) dan Petronas, setelah Shell memutuskan hengkang meninggalkan Inpex Corporation di tahun 2020 silam.
ADVERTISEMENT
Pertamina dikabarkan akan merampungkan akuisisi hak partisipasi Shell di Blok Masela sebesar 35 persen akhir Juni 2023. Sementara proses ini akan diikuti oleh Petronas yang rencananya akan ikut bergabung di konsorsium tersebut.
Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro, melihat kombinasi Pertamina dan Petronas bergabung dengan Inpex sudah sangat cukup untuk menggarap harta karun gas raksasa offshore di Laut Arafura tersebut.
Hal ini lantaran kapasitas kemampuan finansial kedua perusahaan pelat merah sama-sama cukup besar sehingga mampu untuk menggelontorkan nilai investasi jumbo untuk mengelola Blok Masela.
"Sebetulnya dari sisi keuangan mereka cukup capable untuk bisa masuk ke sana, dari sisi besaran dua perusahaan ini sudah cukup untuk mengakomodasi, artinya tidak perlu tambahan dari luar," ujar Komaidi kepada kumparan, Sabtu (17/6).
ADVERTISEMENT
Komaidi menuturkan, Pertamina berhasil mencatatkan kinerja keuangan yang cukup besar di tahun 2022, yakni laba bersih mencapai USD 3,81 miliar atau Rp 56,61 triliun, dengan total pendapatan yang berhasil dibukukan USD 85 miliar atau Rp 1.262,34 triliun.
Kemudian, Petronas juga membukukan laba bersih jumbo pada tahun lalu senilai MYR 101,6 miliar atau sekitar Rp 349 triliun. Sementara pendapatan Petronas mencapai MYR 375,3 miliar atau sekitar Rp 1.289,5 triliun.
Meskipun kemungkinan ada pertimbangan lain seperti kemampuan teknologi atau masalah pembelian gas, dia masih menilai ketiga perusahaan tersebut sudah cukup mampu menggarap proyek gas raksasa ini.
"Hal lain bagi perusahaan minyak kalau terlalu banyak konsorsium, artinya juga hasil yang akan diperoleh juga akan dibagi kepada banyak pihak mungkin itu juga akan menjadi pertimbangan apakah perlu tambahan dari pihak lain atau tidak," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas), Moshe Rizal, berharap Pertamina tidak sendiri ketika masuk menjadi anggota konsorsium Blok Masela.
"Jangan sampai Pertamina masih juga keliling mencari rekanan untuk memenuhi pembelian 35 persen PI dari Shell dan juga siap kontribusi 35 persen biaya-biaya ke depannya, kalau tidak tetap pengembangan akan mundur terus seperti sekarang," kata Moshe.
Meski demikian, melihat dari sisi teknologi, Inpex belum ada pengalaman sebagai operator, sama halnya dengan Pertamina yang bahkan belum pernah mengembangkan blok gas lepas pantai (offshore) dari awal rencana pengembangan (PoD).
"Petronas ada pengalaman, jadi akan cukup membantu. Tantangannya sekarang adalah pada tahap pengembangan ini, apalagi sekarang dengan skema pengembangan yang berubah banyak dengan keluarnya Shell," pungkas Moshe.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan proses negosiasi antara Pertamina dan Shell sudah menemukan titik terang setelah sebelumnya terkendala nilai akuisisi.
Selain Pertamina yang akan mengambil alih terlebih dahulu, dia berkata perusahaan migas asal Malaysia Petronas juga akan ikut serta dalam konsorsium Blok Masela. Pembagian hak partisipasi akan berlangsung antara dua entitas tersebut.
"Kalau tidak ada kepastian ya pemerintah akan ambil posisi. Sekarang ini kan yang porsinya selain Shell itu maju Pertamina sama Petronas ya, tapi yang di depan Pertamina," ungkapnya di kantor Kementerian ESDM, Jumat (16/6).