Mandiri Capital Belum Berencana Keluar dari Investasi Bukalapak & GOTO

8 Februari 2023 20:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Logo Bukalapak. Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
Logo Bukalapak. Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
ADVERTISEMENT
Anak usaha PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Mandiri Capital Indonesia mengaku belum mau keluar dari PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).
ADVERTISEMENT
Chief Finance Officer Mandiri Capital Indonesia Rino Bernando membandingkan sinergi antar unit bisnis dua startup tersebut lebih kuat daripada investasi. Mandiri Capital Indonesia masih wait and see untuk peluang exit strategy atau rencana menjual kepemilikan bisnis di dua perusahaan digital itu ke investor.
Bukalapak dan Mandiri Group juga menjalin kemitraan, yakni integrasi produk pembayaran Bank Mandiri serta pembiayaan kepada online seller yang ada di Bukalapak.
Dennis Pratistha dan Rino Bernando di Acara Xponent oleh MCI, Menara Mandiri, Kamis (13/10/2022). Foto: Nabil Jahja/kumparan
Rino menegaskan beberapa portofolio startup milik modal ventura Mandiri ini tidak menjadi opsi full exit strategy, karena pihaknya masih ingin mengatur alih bisnis dan mengontrol sinergi.
“IPO ada holding period 8 bulan. Investasi kita pecah, tetapi ada masa 8 bulan kita tidak bisa apa-apain. Kalau nunggu 8 bulan, sudah balik ke harga sebelum IPO,” tuturnya.
ADVERTISEMENT

Mandiri Capital Indonesia Pantau Valuasi Startup Menurun

Mandiri Capital Indonesia mengamati valuasi startup secara umum mengalami penurunan di tahun 2022, dengan penurunan tertinggi berada pada late stage startups.
"Sebelumnya banyak yang valuasinya tinggi, paling dalam jatuhnya sektor fintech yang overvalue. Valuasinya tumbuh tinggi banget, jatuh paling dalam,” kata Chief Investment Officer Mandiri Capital Indonesia Dennis Pratistha.
Konferensi Pers Rencana IPO GoTo. Foto: Dok. GoTo
Dennis memastikan, ini menjadi kesempatan bagi modal ventura untuk membidik bisnis dengan valuasi yang lebih wajar sehingga masuk dengan harga yang sesuai dan tidak terlalu mahal.
Startup cost efficiency, secara revenue dan topline tumbuhnya cukup tinggi. Sekali bakar-bakar uang selesai, revenue mulai drop lagi,” tuturnya.