Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Mandiri Sekuritas Proyeksikan Pasar Saham dan Obligasi RI Cuan
24 Juni 2022 11:08 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Mandiri Sekuritas memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat mencapai 7.800 di akhir tahun 2022 didukung oleh pertumbuhan earning per share (EPS) yang di atas 20 persen.
ADVERTISEMENT
Head of Equity Analyst Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer, mengatakan IHSG didorong pemulihan pandemi Covid-19 yang semakin baik menuju endemi.
Selain itu, commodity boom yang diharapkan dapat berujung kepada peningkatan konsumsi, memicu terjadinya capex cycle dan mempekerjakan kembali tenaga kerja pada semester kedua 2022.
"Hal yang juga penting adalah faktor ketahanan ekonomi Indonesia terhadap external risks; seperti neraca perdagangan kuat, external debt to GDP sehat, kondisi likuiditas domestik yang baik, dan tingkat inflasi yang masih terjaga meskipun dalam pergerakan yang naik. Laba operasional perusahaan tumbuh sebesar 40 persen year-on-year pada kuartal pertama 2022," ujar Adrian dalam risetnya, Jumat (24/6).
Adrian mencermati kinerja yang sudah sangat baik ini mengindikasikan bahwa kinerja di kuartal kedua 2022 akan lebih baik, terutama mempertimbangkan data selama Ramadhan. Sedangkan volatilitas global diproyeksikan masih terus berlangsung.
ADVERTISEMENT
"Dengan valuasi saham yang tidak terlalu mahal, pertumbuhan EPS yang tinggi, kondisi likuiditas domestik yang kuat didukung oleh neraca perdagangan yang positif, real yield yang masih positif membuat Indonesia lebih resilient menghadapi risiko eksternal," katanya.
Proyeksi Pasar Obligasi
Head of Fixed Income Analyst Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto, mengamati pasar obligasi Indonesia juga mengalami kenaikan yield akibat foreign fund outflow.
"Dukungan investor domestik kepada obligasi pemerintah akan terus solid karena faktor likuiditas rupiah yang masih melimpah. Secara umum, terjadi pertumbuhan pada kredit perbankan kurang lebih 9 persen, namun Dana Pihak Ketiga (DPK) berupa tabungan, giro, dan deposito juga mengalami kenaikan yang lebih tinggi yaitu kurang lebih 10 persen," jelas Handy.
ADVERTISEMENT
Hal ini menyebabkan tren loan-to-deposit ratio perbankan terus menurun, lanjut Handy, yang berarti sistem perbankan Indonesia memiliki likuiditas yang memadai. Dampaknya suku bunga deposito terus mengalami penurunan, sehingga selisih antara bunga deposito dan yield SUN semakin melebar.
Kondisi ini membuat dukungan investor domestik terhadap obligasi pemerintah Indonesia akan terus berlanjut. Tren likuiditas pada perbankan akan terus memadai, mengingat Bank Indonesia masih akan melakukan burden sharing SKB 3 dengan membeli obligasi pemerintah di pasar perdana sejumlah Rp 220 triliun.
"Pemerintah masih menjalankan ekspansi fiskal di mana defisit APBD masih di atas 4 persen dari PDB dan terjadi surplus pada neraca perdagangan. Hal ini turut menjaga likuiditas ke depannya," ujarnya.
Di tengah ketidakpastian global yang masih terjadi, Handy menekankan diversifikasi portofolio investasi menjadi sangat penting. Obligasi menjadi instrumen yang menarik karena memberikan cash flow kupon yang pasti, dengan tingkat imbal hasil yang masih menarik. Nilai pokok investasinya akan kembali lagi pada saat jatuh tempo.
ADVERTISEMENT