Manuver CT Corp di Balik Aksi Borong Saham Garuda Indonesia

20 Mei 2021 13:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Chairul Tanjung. Foto: Facebook @Chairul Tanjung
zoom-in-whitePerbesar
Chairul Tanjung. Foto: Facebook @Chairul Tanjung
ADVERTISEMENT
Belum lama ini, Bos Trans Corp, Chairul Tanjung, kembali menambah kepemilikan sahamnya di maskapai penerbangan pelat merah, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Pembelian saham tersebut dilakukan melalui PT Trans Airways.
ADVERTISEMENT
Adapun PT Trans Airways membeli saham GIAA dari perusahaan Finegold Resources Ltd yang menyatakan telah melego seluruh kepemilikan saham maskapai tersebut. Finegold Resources Ltd diketahui mengalihkan saham Garuda Indonesia sebanyak 635.739.990 saham atau 635,73 juta saham kepada perusahaan milik Chairul Tanjung.
Transaksi saham tersebut dilakukan di harga sebesar Rp 499 per saham. Dengan demikian, total nilai transaksi yang dilaksanakan pada 6 Mei lalu itu mencapai Rp 317,23 miliar. Sehingga saat ini total kepemilikan saham Trans Airways atas GIAA saat ini adalah 28,26 persen dari seluruh modal ditempatkan.
Aksi korporasi Trans Airways pun menjadi menarik dicermati lebih lanjut pasalnya bisnis Garuda sedang terpuruk saat ini. Seperti diketahui, keuangan Garuda kian seret sejak pandemi COVID-19 karena adanya pembatasan perjalanan penumpang. Namun di kondisi tersebut Trans Airways justru berani memborong saham Garuda.
ADVERTISEMENT
Ekonom INDEF, Bhima Yudhistira, menilai aksi korporasi tersebut merupakan strategi jangka panjang bagi investasi Trans Airways. "Yakni buy cheap, sell high. Saat ini harga saham Garuda sedang murah di pasar Rp 320 per saham, dibandingkan saat Desember 2020 lalu Rp 454 per saham. Artinya Desember-Mei harga saham sedang diskon 29,5 persen jadi bagi investor jangka panjang ini kesempatan memborong murah," ujar Bhima kepada kumparan, Kamis (20/5).
Bhima merinci selama pandemi hingga kuartal I 2021, kinerja sektor angkutan udara secara keseluruhan terkontraksi minus 52,4 persen. Bahkan hingga saat ini maskapai penerbangan masih babak belur karena penumpang sepi akibat pembatasan sosial dan wisman tidak berkunjung ke Indonesia.
"Tapi terdapat optimisme jangka panjang kembalinya mobilitas dan sektor pariwisata dimulai 2022 di mana okupansi penumpang kembali normal hingga prospek bisnis logistik angkutan udara," ujar Bhima.
Garuda Indonesia luncurkan livery khusus 'Cinta Indonesia' pada HUT ke-72 Foto: Dok. Garuda Indonesia
Di sisi lain, keberanian Trans Airways memborong saham Garuda juga didasari pada jaminan Pemerintah yang akan membantu maskapai pelat merah tersebut dalam kelangsungan bisnisnya.
ADVERTISEMENT
Seperti diketahui, Garuda telah mendapatkan dana talangan dari pemerintah senilai Rp 8,5 triliun hingga 7 tahun serta stimulus Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U).
"Mungkin ini yang berbeda dari perusahaan jasa penerbangan swasta. Pemerintah tidak akan biarkan Garuda bangkrut,” ujarnya.
Sementara itu, Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada, mengatakan penambahan saham oleh Trans Airways membuka peluang adanya kerja sama antara bisnis ritel dan bank milik CT Grup dengan bisnis maskapai Garuda.
"Bisa jadi penambahan kepemilikan tersebut kemungkinannya dapat diintegerasikan dengan ritel dan bank-nya CT corp. Atau bisa saja mereka akan masuk ke logistik penerbangan dan persewaan kapal untuk keperluan pribadi maupun korporasi," ujarnya.

CT Borong Saham Untuk Bantu Selamatkan Keuangan Garuda

Selain untuk tujuan investasi, penambahan kepemilikan saham Trans Airways ke Garuda juga bisa dibaca sebagai langkah penyelamatan keuangan Garuda oleh Trans Corp.
ADVERTISEMENT
Selama ini keuangan Garuda cukup terhimpit, bahkan sebelum pandemi. Perseroan berulang kali mencatatkan kerugian. Dalam proses penyelamatan keuangan Garuda, pemerintahlah yang mengambil peran paling banyak. Padahal pemegang saham mayoritas Garuda bukan hanya pemerintah, namun ada juga Trans Airways.
Hal tersebut sempat dikeluhkan DPR karena upaya penyelamatan Garuda terlalu dibebankan pada pemerintah. Dalam sebuah kesempatan, Anggota Komisi VI DPR Darmadi Durianto sempat meminta PT Trans Airways, ikut berkontribusi menyelamatkan keuangan Garuda dari ancaman kebangkrutan.
Ketimbang dana talangan, Darmadi menyebutkan penyelamatan Garuda akan lebih efektif dilakukan dengan cara menginjeksi dana sebesar Rp 8,5 triliun sebagai modal perusahaan. Injeksi dana itu bisa dilakukan melalui right issue kepemilikan saham di Garuda.
Dengan right issue, Group CT melalui perusahaannya PT Trans Airways mau tidak mau harus ikut memberikan suntikan dana ke Garuda jika ingin kepemilikan sahamnya tetap bertahan di 30,5 persen. Namun demikian, butuh jiwa besar dari Group CT jika ingin konsep ini dilakukan.
Pesawat Garuda Indonesia Boeing 373-800 NG dengan desain masker baru sebagai bagian dari kampanye penggunaan masker di tengah pandemi COVID-19. Foto: ADEK BERRY/AFP
Menurutnya, sangat tidak adil jika pemerintah saja yang berkorban, sementara perusahaan lain tak berbuat apa-apa. "Saya pikir ini soal kedaulatan negara, kepentingan nasional harus diutamakan. Kita setuju Garuda diinjeksi agar bisa hidup karena dia ini perusahaan nasional. Tapi injeksi dananya harus dengan cara yang benar dan berkeadilan," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Reza Priyambada menyatakan bahwa penyelamatan keuangan Garuda sejatinya memang bukan kewajiban utama Trans Airways. Sebab pemegang saham tidak berkewajiban membantu hingga pada level keuangan perseroan. Jika Trans Airways turut membantu menyelamatkan keuangan Garuda, Reza mengatakan hal tersebut hanyalah sebatas moral obligation.
"Artinya mereka sebagai pemegang saham mayoritas memiliki andil juga untuk membantu perusahaan bertumbuh dan meningkat kinerjanya sehingga nilai perusahaan akan meningkat dan investasi mereka akan bertumbuh juga," ujarnya.
Terpisah, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra masih enggan berkomentar soal aksi Trans Airways memborong saham Garuda. Menurutnya penggunaan dana senilai Rp 317,23 miliar tersebut jadi kewenangan para pemegang saham.
"Itu level shareholders," ujarnya.