Masih Akan Beroperasi Puluhan Tahun, PTFI Siapkan Rp 7 T untuk Penutupan Tambang

9 April 2023 21:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Reklamasi lahan bekas tambang PT Freeport Indonesia di area Grasberg. Foto: PTFI
zoom-in-whitePerbesar
Reklamasi lahan bekas tambang PT Freeport Indonesia di area Grasberg. Foto: PTFI
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PT Freeport Indonesia (PTFI) memastikan mengedepankan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam menjalankan operasi bisnisnya. Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas, mengatakan prinsip tersebut bisa dilihat dari tambang Grasberg yang sudah direklamasi setelah tidak beroperasi.
ADVERTISEMENT
Kondisi tersebut, menurut Tony, juga dilakukan di daerah lainnya jika sudah tidak menjadi areal produksi tambang. Meskipun kata dia, PTFI masih mengantongi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) sampai 2042.
Pada sisi lain, cadangan bijih tembaga yang dikelola di area IUPK PT Freeport Indonesia, masih bisa diproduksi sampai tahun 2054.
"Di samping itu juga mangrove kita tanami dengan target 10 ribu hektare pada 2041, dan juga pada tahun 2041 kita sudah memiliki dokumen penutupan tambang dengan biaya sekitar Rp 7 triliun dan itu sudah kita rencanakan dari sekarang bagaimana penutupan tambang yang dilakukan di 2041," kata Tony kepada kumparan saat mengunjungi area tambang Grasberg, di Timika, Papua, Sabtu (8/4).
ADVERTISEMENT
Presidr PT Freeport Indonesia, Tony Wenas (Kanan) berbincang dengan kumparan saat mengunjungi area tambang Grasberg. Foto: Wendiyanto/kumparan
Sedangkan untuk dana investasi sosial PTFI selama 29 tahun terakhir atau sejak 1992 sampai 2021 mencapai USD 1,9 miliar. Ke depannya, PTFI akan melanjutkan investasi sosial rata-rata USD 100 juta per tahun hingga 2041.
Tony menjelaskan PTFI juga sudah berkomitmen menurunkan emisi karbon dari operasi tambang mencapai 30 persen. Meski begitu, pihaknya akan berupaya agar penurunan emisi bisa di atas 30 persen.
"Jadi we are doing it, ESG adalah bukan karena disuruh atau suatu keharusan, tapi suatu kebutuhan untuk operasi di mana pun juga, kami selalu berprinsip bahwa there is no company that can prevail in the community and environment that fails, tidak ada perusahaan yang berjaya atau berlanjut lebih baik di antara masyarakat dan lingkungan yang gagal," tutur Tony.
ADVERTISEMENT
Tony mengakui upaya ESG tersebut tidak mudah. Ia menegaskan perlu sinergi yang baik bersama para pihak terkait, khususnya Pemerintah Daerah. Tony memastikan pihaknya juga akan terus berupaya membuat program yang bermanfaat bagi masyarakat Papua.
"Bagaimana kita membuat program yang bisa meningkatkan bukan hanya hakikat hidup masyarakat itu sendiri, tapi bagaimana mereka bisa catch up termasuk program digitalisasi, antara lain yang kita bantu juga Papua Youth Creative Hub Center yang di Jayapura juga kita dukung untuk pengembangan UMKM," tutur Tony.